24

26 4 4
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

‼️‼️WARNING‼️‼️ PART INI, NGEBAHAS KEKERASAN. KALAU GA NYAMAN SKIP AJA SAY, THANKSS

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Melihat bagaimana Ayung terlihat meikmati berbincang dengan Bunda, membuat Sinar mundur secara teratur. Sebisa mungkin ia pergi tanpa membuat perhatian kedua Ibu dan anak itu terganggu. Lagipula, ia butuh pergi ke toilet. Kepalanya berisik, kepalanya sedikit pening dan ia, butuh waktu untuk sendiri dahulu.

Saat berhasil turun ke lantai 2, senyum Sinar luntur seutuhnya. Saat ada pegawai yang menyapanya pun, ia hanya mengangguk kecil. Sinar hanya mengeluarkan suara sekali, saat bertanya di mana letak pastinya toilet di ballroom yang megah ini. Setelah ejekan yang ia dapatkan tadi, rungunya seolah terus dibisiki kata-kata menyakitkan itu berulang kali. Tadi, selama Bunda mengajaknya bicara, topengnya hampir lepas, tadi saat Bunda di awal terus meminta maaf Sinar tergoda ingin menangis dan mengadu bahwa hal yang terlihat sepele itu berdampak besar baginya.

Sinar pernah merasa terbuang, Sinar pernah terkucilkan. Oleh karenanya ia menjaga jarak saat tahu Ayung dari kalangan yang berbeda dengannya. Di kepalanya tetap, Ayung deserve better, ia paham hal ini lambat laun akan terjadi, hanya saja ternyata itu tetap menyakitkan meski ia sudah mempersiapkan diri dari lama.
Dan lagi, semuanya malah berakhir dengan Bunda yang bercerita. Tidak apa-apa, Sinar terbiasa akan itu. Sinar itu, pendengar yang baik. Ia memaku pikirannya agar sebisa mungkin tak bercerita pada orang lain, ia pikir semuanya punya masalah, jadi ia tidak boleh menambah beban orang sekitarnya.

Lalu, bagaimana denga  dirinya yang selalu ada untuk sekitar? Lalu bagaimana dengan Sinar yang acap kali dicari saat sekelilingnya butuh didengarkan?

Maka, jika diberi pertanyaan seperti itu, Sinar akan menjawab, anggap saja itu fungsi dirinya hidup di dunia ini. Tak banyak yang tahu tentang apa yang Sinar lewati, tak banyak yang berhasil Sinar izinkan masuk mengetahui siapa dirinya. Hanya segelintir orang, diantara teman dan kenalan gadis itu yang teramat banyak. Benar, kenalan gadis ini tidak hanya dari kalangan bawah, dari kalangan manapun sepertinya ada yang merupakan kenalannya. 1 hal yang Ayung bahkan belum tahu.

Jika diibaratkan, Ayung baru Sinar izinkan untuk berkeliaran di halamannya. Bahkan pintu masuk ke rumahmya pun masih terkunci rapat, apalagi pintu untuk masuk ke kamarnya. Sinar, mengizinkan Ayung menyita waktu dan ada di sekelilingnya, bukan berarti ia mengizinkan Ayung mengatahui tentangnya.

Jangankan Ayung. Purin dan Ratu yang sama-sama dari kalangan atas pun butuh waktu lama untuk membuka topeng yang setia Sinar pakai ini. Mereka tahu, bagaimana dunia jahat pada Sinar. Oleh karenanya, sebisa mungkin keduanya selalu menjaga Sinar yang kadang kelewat baik hingga tak sadar melukai dirinya sendiri. Seperti kemarin contohnya, saat Ratu mencari data pribadi Ayung. Tidak dibenarkan memang, tapi Ratu tidak peduli. Ia hanya ingin wanita yang sudah seperti kakaknya ini baik-baik saja.

Setelah sampai di toilet, Sinar langsung mengunci dirinta di bilik paling pojok. Tubuhnya terduduk begitu saja pada closet duduk yang ada di sana. Ia menunduk, mengatur nafas yang perlahan malah membuat air matanya meluruh. Sial, ia benci menjadi lemah tapi nyatanya ia memang mudah runtuh. Ia menekan telinganya, memukul sedikit kepalanya agar berhenti berisik. Tidak ada suara sama sekali, hanya derus nafasnya yang jelas memburu.

"Ya Allah, ini kenapa berisik banget," Lirihnya nyaris tanpa suara.

Menangis, sambil memukuli kepala terus ia lakukan sampai akhirnya ia merasa sedikit tenang. Sinar menghembuskan nafasnya sebelum bangkit dan melangkah keluar dari biliknya.

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang