5

33 7 2
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Sinar melirik pada benda pipih yang bergetar di atas meja, ia tersenyum dan mencuci tangannya yang kotor sebelum mengangkat panggilan tersebut.

"Iya, Kang?"

"Ada tempat kosong ga, Nar? Harsa pengen makan di sana lagi katanya nih."

Matanya spontan melirik pada kafe kecil yang ia punya, meneliti apakah ada tempat kosong yang bisa Ayung dan Harsa tempati. Karena sekarang ini, kafenya cukup ramai.

"Ada, beneran sisa 1 lagi tuh tempatnya, Kang. Mau di booking dulu?" Jawabnya setelah melihat ada tempat kosong di pojok ruangan.

"Boleh. Ini saya udah deket sih, tapi tolong ya."

"Aman aman, gue tempatin nanti. Pesen ntar aja apa mau sekarang?"

"Kaya biasa aja."

Sinar spontan mengangguk. Kaya biasa aja, 1 kalimat yang membuat Sinar sadar, sudah 1 bulan terakhir memang ayah dan anak itu sering mampir ke tokonya. Mungkin mereka berniat menjadi pelanggan tetap, lantas apakah iya harus membuat kartu member?

Kepalanya menggeleng kecil, tersadar akan pikiran konyolnya yang sempat mampir tadi.

"Oke."

Setelah itu, sambungan mereke terputus. Sinar memilih mendekat pada pegawainya. "Mau tolong buatin Choco lava 1, kopi caramel 1, blueberry cheesecake 1 sama susu coklatnya 1. Biasa ya, minumannya dingin, tapi yang susu, krimnya agak banyakin dan esnya sedikit dikurangin."

"Noted, Teh."

"Thankyou Sisil," Ucapnya pada sang pegawai.

Sinar menghela nafas sambil tersenyum, senang karena belakangan ini tokonya ramai dikunjungi. Namun, senyumannya luntur tergantikan dengan wajah terkejut saat rungunya menangkap suara pecahan benda yang dilanjutkan dengan seorang ibu-ibu yang mulai memarahi pegawainya yang lain.

"Sil, titip kasir ya. Aku ke sana dulu." Tanpa kata, Sinar langsung mendekat.

"Mana ini managernya? Mana bosnya, biar saya bicara sama dia."

"Permisi Ibu, maaf saya ownernya." Sinar melirik Jelita sekilas, memindai apakah ia terluka atau tidak. Ia lalu mengucapkan kata tolong untuk membersihkan pecahan gelas yang tadi dijatuhkan Ibu ini.

"Ada apa ya, Bu?"

"Ada apa ada apa, lihat tuh pegawai kamu ga becus." Tanpa disangka Ibu itu menoyor kepala Jelita dengan cukup kasar, spontan saja Sinar jadi menariknya, membuat sang pegawai berada di balik badannya.

"Ibu ga usah kasar sama pegawai saya." Sinar sedikit mempertegas kalimatnya, demi Tuhan ia saja tak pernah seenaknya, kenapa Ibu ini berani sekali?

"Pecat aja, pegawai kamu itu malah biarinin anak jalanan itu makan di kursi yang sama buat customer, anak jalanan itu bau, mengganggu saya sama yang lain yang lagi makan."

"Maaf atas ketidaknyamanan sebelumnya ya Ibu, tapi itu memang program kami. Jum'at berkah, lagi pula anak itu sudah saya ijinkan makan di sini, dan dia tidak bau seperti yang Ibu bilang." Sinar kemudian melirik pada sekitarnya. "Ga ada yang protes selain Ibu, dan lagi anak itu tetep seorang anak yang berarti untuk orang tuanya. Jika sudah selesai, Ibu bisa lanjut perjalana Ibu, untuk pecahan gelasnya tidak usah diganti ga apa-apa. Lain kali, jika ada keluhan tolong dibicarakan baik-ba-"

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang