Ntah Sinar sadar atau tidak, saya kini mengulum senyum tatkala mendengar pertanyaan sederhana dengan wajah innocentnya.
"Senyamannya kamu aja, ga harus ngikutin saya kok. Saya aja ini ga nanya kamu." Kali ini saya menunjukan kekehan kecil saya, yang akhirnya menular pada Sinar.
"Gue-lo, ga apa kan ya? Udah kebiasaan ih, soalnya lingkungannya pada gitu semua. Hehe."
Saya mengangguk, mempersilahkan Sinar melakukan apa yang ia inginkan.
"Udah berapa buku yang terbit, Nar?"
"Baru 3, ini lagi naskahan yang ke 4, Kang."
"Romance ya genrenya?" Tebak saya asal.
Saya cukup terkejut saat Sinar menggeleng kecil. "Yang pertama tentang crime, kedua romance, ketiga fantasi. Tapi, tetep sih ada selipan romance di semuanya walau tipis-tipis."
"Wow, crime?"
"Gue tuh awalnya iseng tau Kang haha, up up aja cerita di 1 flat form, eh malah dilamar penerbit. Stress banget pas naskahan pertama kali."
"Genre kamu berat soalnya."
Senyum tipis Sinar terbit, lengkap dengan anggukan kecil. "Katanya sih, gitu."
"Saya pengen beli, kasih tau judulnya dong."
"Judulnya shadow of crime, kalau mau baca nanti gue kasih aja link e-booknya, Kang." Jawaban Sinar sejujurnya tidak saya duga. Saya kira, ia akan mempromosikan karyanya dengan senang hati, tetapi gadis itu malah menawarkan saya membaca karyanya secara cuma-cuma. "Tapi jangan kasih tau nama pena gue ya, cuma beberapa orang yang tau nama pena gue."
"Saya pengen beli, masih ada ga di gramedia?"
Sinar terdiam. "Ga tau juga, mungkin ada deh, kayanya."
Ntah kenapa, saya jadi menyunggingkan senyuman mendengar jawaban tersebut. "Kalau minta anter, kira-kira kamu bisa ga?"
"Mau kapan emangnya?"
"Jadwal ngajar saya fleksibel, bisa ngikutin kamu." Jawab saya santai.
"Iya deh pak dosen." Ledekan itu terdengar menyenangkan saat menyapa rungu saya. "Gue kosong kapan ya?"
"Kalau minggu depan, pas lauching menu baru, bisa ga? Jadi pas beresnya, kita ke gramed."
Saya tahu, mungkin terlihat sangat aneh saat saya mengajaknya keluar di pertemuan pertama kami setelah sekian lama. Namun, saya juga berfikir bagaimana jika ini kesempatan emas yang bisa saya untuk melangkah mendekat padanya?
"Ga janji bisa ya Kang, baca dulu aja dari e-book gimana? Beneran nih gue kasih. Atau, mau book cover ada, tapi di rumah ga gue bawa."
Tak kehabisan akal, saya malah mendapat ide lain. "Kalau gitu, boleh ga saya pinjem novelnya?"
"Ga gue bawa, Kang."
"Saya anter kamu pulang, sekalian pinjem bukunya."
Sinar meringis kecil, sedetik kemudian ia mengangkat kunci ditangan kanannya. "Duhh, gue bawa motor ini tapi."
Biasanya, saya yang dimintai tumpangan. Biasanya, saya yang menolak untuk memberi tumpangan. Bukan terlalu percaya diri, tetapi saya sering kali gadis-gadis mendekati saya. Namun, untuk kali ini saya yang tertolak. Saya yang berusaha mendekat, namun bentengnya amat terasa. Saya yang biasanya diam, kini malah mencari topik supaya hening tak datang menyapa.
Sinar, sedikit berbeda dari gadis-gadis yang pernah ada dihidup Saya.
"Saya anter aja, saya ikutin dari belakang." Dengen berbekal alasan konyol, saya masih bertaruh dengan takdir. 1 jam duduk dengan Osinara Amara, mampu membuat saya sadar bahwa saya memang sudah jatuh hati kepadanya.
~~~
1 minggu sudah berlalu sejak pertemuan pertama saya dan Sinar. Biar saya ceritakan sedikit, minggu lalu saya benar-benar mengikutinya dengan mobil saya. Tempat tinggal Sinar berada di daerah Setrasari, rumahnya tidak besar namun cukup untuk ditinggali sendirian. Saat itu saya tidak di ijinkannya untuk masuk, Sinar meminta saya menunggu di teras. Katanya, tidak enak membawa lelaki saat rumahnya kosong seperti saat itu. Tidak banyak yang kami bicarakan, hening cukup sering berkunjung menghampiri. Namun meski begitu, saya sudah bertekad akan mendekat padanya. Walaupun mungkin, akan sedikit sulit.
Pagi ini, motor saya sudah bertengger di depan rumah Sinar. Niat hati ingin mengantarnya ke toko tempatnya bekerja. Bayangan yang ada di kepala saya adalah Sinar dan saya yang pergi sarapan bersama sebelum ke toko kuenya. Namun, angan saya sepertinya terlalu jauh. Karena ternyata, tak berselang lama dari saya sampai sebuah motor lain juga datang."Lah, Bang Jingga?" Itu Ratih, salah satu gadis yang menyewa kontrakan milik Ayah.
Belum sempat saya menjawab, sebuah langkah mendekat berhasil memecah konsen kami berdua. Benar saja, itu Sinar. Wajah cerahnya menyapa Ratih, tetapi detik berikutnya langsung berubah terkejut begitu melihat saya.
"E-ehh, Kang Ayung?"
Dengan ringisan kecil, tangan saya jadi reflek menggaruk tengkuk saya, berharap rasa malu itu sedikit berkurang. "Hai? Mmm tadinya saya mau ajak kamu berangkat bareng, launching menu barunya sekarang kan ya? Saya mau coba."
Akhirnya saya memilih menjelaskan sebelum ditanya.
"Duh, gimana ya? Gue bareng sama temen gue soalnya nih, udah jan-"
"Eh, ga apa-apa Teh kalau mau sama Bang Jingga." Tindakan Ratih yang memotong ucapan Sinar itu malah membuat ia jadi semakin bingung.
"Loh kalian kenal? Kirai-eh whatever, pokonya maaf banget inimah Kang. Tanpa ngurangin hormat, next time aja ya berangkat barengnya? Gue ga tau lo mau ke sini juga soalnya."
"Modus itu, Teh." Bisikan yang soalnya terdengar itu kontan semakin membuat saya malu, Ratih sialan.
"Eh tapi kalau mau ke toko boleh kok, gantinya gue traktir lagi deh, maaf banget gue jadi ga enak."
Saya sedikit heran, apakah Sinar memang sebaik ini? Bukankah jika seperti itu pada banyak orang ia akan rugi? Kemarin saja saya ingin membeli karyanya, ia malah meminjamkannya secara cuma-cuma.
"Padahal, kalau mau sama Bang Jingga ga apa."
"Gue udah janji sama lo, ga bisa gitu. Sorry ya, Kang."
"Ga apa-apa, santai aja. Salah saya juga ga ngabarin dulu kamu."
"Yaudah, kalau gitu ayok mau ngabring aja ga ke tokonya? Tapi, menu barunya belom ada sih, hehe."
"Nanti siang aja deh, saya mampir ya. Beres jemput anak saya, saya ke toko, sisain menu barunya jangan lupa."
Sinar memberikan jempol pada saya, sebelum benar-benar pergi dengan motor yang dikendarai Ratih.
🐝🐝🐝
Hai hai hai?aku dateng lagi, maaf lama huhuhu. Tlg kasih feedback buat aku yaaaa.
Sama sekalian promosi ah, mana tau suka bisa mampir juga ke twitter ku @almilebah yaaa, disana ada au yg lg on going juga xixixiix
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSULUNG
General Fiction"Persetan dengan alasanmu mencintaiku, aku hanya tak ingin menarikmu pada seluruh masalahku" - Osinara Amara "Osinara selalu bercerita tentang kekurangannya, tanpa sadar ada banyak kelebihan di dalam dirinya. Lantas, adakah alasan bagi saya untuk ti...