🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋
Happy reading all,hope you enjoy 😘😘
🐝🐝🐝
"KAN, GUE BILANG JUGA APA." Ratu sedikit meninggikan suaranya, membuat Purin dan Sinar jadi terlonjat kaget. "Teteh tuhkan gue bilang juga apa."
Gadis itu begitu bersemangat saat tadi Sinar bercerita tentang kejadian Ayung menyatakan perasaannya.
"Sianjir, suara lo udah mau nyaingin toa masjid," dumel Sinar sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis termuda diantara mereka itu.
Sementara Purin hanya terkekeh disebelahnya, sudah biasa disuguhi drama seperti ini. "Jadi gimana? Diterima?"
"Engga lah anjir, ni orang kalo jadian pasti bilang." Ratu menunjuk pada Sinar. "Lebih tepatnya, dia kalo seneng pasti auto curcol. Kalo sedih baru mingkem."
Tidak salah sih, tapi ntah kenapa Sinar tetap sebal mendengarnya. "Sialan looo."
"Teh, beneran ditolak?"
Sinar meringis kali ini. "Heheee, soalnya, gimana lagi? Gue ngga mau trial trial apalah itu, dan gue beneran ngga ada rasa."
"Kemarin pas beres lo bilang mau nemenin anaknya Ayung Ayung itu, gue caritau dia siapa." Ratu melirik pada kedua sahabatnya, ingin melihat bagaimana respon mereka. Sampai akhirnya ia meringis karena Sinar dengan gemas mengusa wajahnya pelan.
"Kalo ngomong gak boleh setengah-setengah anjir."
"Dia dari keluarga Latio."
"Latio? Latio yang pegang banyak yayasan sekolah sama univ?" Tanya Purin memastikan.
"Iya, dia pewarisnya." Ratu mengangguk mengiyakan.
"Gimana?" Setelah bebarapa sata terdiam, akhirnya Sinar membuka suaranya.
Ratu lalu menyebutkan beberapa sekolah swasta, yayasan panti dan salah 1 universitas di Bandung. Katanya, itu semua di kelola oleh keluarga Ayung. Belum lagi usaha mereka di bidang properti.
"Tapi, dia juga produser musik anjir, ada namanya Abada, nah dia kerjasama bareng artis-artis di bawah naungan dia." Penutupan dari Ratu barusan, malah semakin membuat Sinar tercengang dibuatnya.
Jadi, kemarin ia baru saja menolak salah 1 pewaris keluarga kaya? Ia menolak seorang old money dengan amat tegas? Wah, Sinar rasa ia amat mempunyai nyali yang besar.
"Woahhh, untung gue tolak," guraunya.
"Yang ada lo sinting anjir, dia bau duit gitu malah di tolak."
"Hello? Gue biaa cari uang sendiri maaf aja. Walau pas-pasan tapi ya, cukup lahhh." Mungkin Ratu lupa, bahwa sahabatnya ini adalah salah 1 alpha woman yang tidak suka merepotkan orang lain.
"Alpha ketemu alpha gimana ya jadinya?"
"Bertumbuk, mana yang 1 sulung yang 1 bungsu." Jawaban asal Sinar itu mengundang tawa mereka.
"Tapi kemarin pas dia nuduh lo, apa ngga kesel?"
"Lebih ke, males jelasin sih. Wajar juga ngga sih, kita baru lagi ketemu jadi curiga gitu aja."
"Engga anjir, gak wajar," ucap Purin langsung.
"Yaudah lah, udah lewat ini."
"Kebiasaan banget lo anjir apa-apa yaudah yaudah, tuman tau gak," dumel Ratu. Mungkin kesal sendiri karena Sinar selalu berakhir sabar dan sabar. Bahkan saat menghampirinya ke toko saat menyatakan perasan saja Ayung bilang, untuk marah sesekali. Tetapi, Sinar tetaplah Sinar, tenaganya hanya ia gunakan untuk menolong dan bukan untuk melawan.
"Lo nolak karena bener ngga ada rasa?"
"Beneran, kaya masih biasa aja. Masih ditahap kagum doang. Kaya fans gitu." Sinar menjawab dengan tenang, nadanya juga terdengar jujur.
"Nah, itu yang lo idolain nembak lo setan? Koslet kali otaknya malah nolak." Yah, itulah Ratu dan mulut ajaibnya.
"Ya lo enak ngomong begitu, bibit bebet bobot lo oke. Lah gue? Apalagi tau sekarang dia jadi penerus, makin aja gue keliatan kecil banget nyet? Siapa gue coba? Tukang kue doang."
Purin membuka ponselnya, ia menggulir layar itu beberapa saat sebelum akhirnya berdeham. "Ekhem.., buku Karya Ocinadi sudah habis terjual dan manjadi best seller di gramedia setempat," katanya sengaja membaca keras-keras fakta itu.
"Oh ada cuitan juga nih, di twitter, katanya.., ah parah sihh, gue mau beli tapi kehabisan woiiii, kapan restock lagii kak Ocin. Tuh katanya, pake emot nangis banyak."
Sinar terdiam, sementata Ratu tertawa puas. "Tertampar fakta, hahahahaha."
"Tukang kue doang, ucap seorang gadis yang toko kuenya itu udah terkenal di Bandung dan juga seorang penulis sukses tapi nggak berani spill nama aslinya."
"Hahahahahha anjit, yokshii, sembunyi aja terus dibalik nama penamu," ejek Ratu yang setuju dengan ucapan Purin.
Purin kini melirik Sinar, tatapan lembutnya ia tunjukan. "Jangan terlalu nutup hati lo, gak semua cowo itu brengsek kok, trauma lo bisa sembuh, ketakutan lo belum tentu kejadian. Teh, sulung juga berhak cari cinta mereka, sulung juga ngga harus selalu bertanggung jawab atas keluarganya."
Sinar tidak membalas ucapan Purin, ia tanpa sadar mengakui itu. Ia mengakui bahwa menjadi sulung juga berhak untuk mencari cinta dan pasangannya, sulung juga berhak melangkah mencari bahagianya untuk masa depan. Tetapi, yang ada di otak Sinar hanyalah ribuan ketakutan tentang sebuah pernikahan yang gagal, ketakutan tentang keluarganya nanti akan bagaimana.
"Iya nanti, kalau niat." Jawaban asal yang keluar dari mulut Sinar itu berhasil membuat Purin melempar bantal kecil di sebelahnya.
"Brengsek, kesel banget guee ih."
Sinar tertawa renyah, padahal jauh di dalam hatinya ia memikirkan tentang Ayung. Ia merasa keputusannya untuk tidak menerima lelaki itu tepat, karena nyatanya ia memang belum begitu mengenalnya dengan baik. Masih banyak hal yang belum mereka tahu satu sama lain. Dan ia rasa, sudah saatnya ia mulai memberi jarak, ntah mengapa ia tiba-tiba memiliki rencana untuk menjauh setelah tadi diberikan sebuah fakta oleh Ratu.
Ayung dan dirinya begitu berbeda, perbedaan mereka teramat jauh bagai bumi dan langit. Sudah jelas seharusnya Ayung mencari soerang wanita yang lebih sempurna dari Sinar. Dan tanpa mereka sadari, ada sepasang telinga yang dari tadi mendengarkan percakapan itu.
🐝🐝🐝
Pendek, yg penting update aja, yakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSULUNG
General Fiction"Persetan dengan alasanmu mencintaiku, aku hanya tak ingin menarikmu pada seluruh masalahku" - Osinara Amara "Osinara selalu bercerita tentang kekurangannya, tanpa sadar ada banyak kelebihan di dalam dirinya. Lantas, adakah alasan bagi saya untuk ti...