🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋
Happy reading all,hope you enjoy 😘😘
🐝🐝🐝
Jingga POV
Saya terkesiap melihat mata indah yang bening milik gadis di hadapan saya ini. Namanya Osinara Amara, gadis yang pertama kali saya jumpai saat di bangku kelas 6 SD. Saat itu dia adik kelas saya, kami kenal karena Sinar mengikuti les kecil-kecilan yang diadakan Bunda saat itu. Mata beningnya, hingga saat ini masih sama. Masih terlihat sangat tulus dan membius, terutama bagi saya.
Sejujurnya, pertanyaan mengapa dia sendirian di kafe ini adalah basa basi belaka. Karena ini, bukan kali pertama saya melihatnya sendirian di kafe ini, bebarapa kali saya melepas penat di sini dan tak sengaja bertemu Sinar. Sayang saja gadis itu terlalu fokus pada laptopnya, hingga tak menyadari kehadiran saya. Tapi meski terfokus pada kegiatannya, Sinar tak jarang memilih berhenti sejenak dan membantu sekitarnya. Seperti tadi misalnya. Ia membantu seorang Ibu, hingga melupakan dua benda yang saya yakin sangat berharga. Untung saya melihatnya.
Beberapa kali bertemu, saya mampu mengetahui bahwa gadis itu kelewat peka. Bahkan luka kecil di tangan saya saja ia mampu melihatnya, luka yang saya dapatkan berkat sedikit berkelahi dengan orang yang berniat mengambil dompet dan ponsel Sinar.
"Kamu, suka suasana sore?"
Saya lihat Sinar mengangguk. "Lebih tepatnya gue suka langit. Apalagi kalau langit udah ngeluarin lembayung senja, itu kaya healing buat gue, itu part favorit gue."
"Lembayung?"
"Haha iya, nama lo, Kang."
Saat kebanyakan gadis berkata senang melihat sunset, Sinar lebih memilih berkata senang melihat lembayung senja. 1 hal yang serupa, tapi tak sama.
"Lembayung, emang indah, ya?" Tanya saya meminta validasi.
"Banget."
Iya, lembayung memang indah. Namun, sayangnya tidak semua yang bernama lembayung itu indah. Contohnya saya. Jalan berkerikil yang saya lewati menjadikan saya Lembayung yang redup cahayanya. Lembayung yang tidak pandai berekspresi hingga terlalu datar kelihatannya.
Saya sangka, Sinar itu banyak bicara, saya sangka berduaan dengan ekstrovert sepertinya tak akan memberi kesan canggung diantara kami. Namun, saya salah. Hening ternyata hadir di tengah kami, percakapan kami tiba-tiba saja terhenti.
"Kang Ayung abis ngantor? Atau kejebak hujan tadi?"
Ketika rungu saya menangkap perkataan Sinar, tubuh saya bagai disengat listrik. Ada rasa menggelitik yang tidak bisa saya jabarkan, tetapi ini menyenangkan. Kang Ayung, terdengar sangat indah keluar dari bibir kecil Sinar. Meskipun sedetik setelahnya bibir itu merapat sempurna, mungkin karena sadar panggilannya sedikit berbeda dari yang lain. Dalam diam, saya terkekeh, apalagi saat tak sengaja menangkap raut wajah merutuk miliknya. Ah, jadi dia memang memanggil saya dengan sebutan Ayung. Saat di bangku SD dulu, beberapa orang memang lebih memilih memanggil saya Ayung daripada Jingga. Namun, untuk saat ini sepertinya hanya Sinar yang tetap memanggil saya dengan panggilan Ayung. Tidak apa, saya menikmatinya.
Ralat, saya menyukainya.
"Kang Ayung?" Tanya saya dengan alis yang terangkat.
"E-eh sorry, maksud gue-"
"Ahahaha santai Sinar, saya cuma nanya. Udah selama itu gak ada yang manggil saya Ayung. Baru kamu lagi." Saya menjelaskan, tidak tega juga melihat wajah paniknya.
"Heee, maaf ya. Dulu tuh pas SD Abada kan manggil lo Ayung, ya kan?"
Ah, Abada ya? Benar, salah 1 dari sedikit orang yang memanggil saya Ayung adalah bocah itu, bocah yang dulu memang 1 sekolah dengan kami.
"Iya, tapi sekarang balik lagi jadi manggil Jingga ko, kayanya sekarang cuma kamu?"
"Sorry, nanti ganti deh, gue panggil Kang Jingga ya."
Ada rasa tak rela saat mendengar Sinar berbica bahwa ia akan mengubah kembali nama panggilannya kepada saya. Dan detik itu juga, saya paham sebagian dari diri saya sudah penasaran dengan gadis ceria ini. Ada secerca harapan untuk selalu bisa bertemu dengannya di kafe ini, ada bagian dari diri saya yang tenang dan bahagia saat menatap netra beningnya. Saya tidak akan denial dengan rasa ini, saya akan mengakui seluruh apa yang saya rasakan. Setidaknya pada diri saya sendiri.
Untuk saat ini mungkin saya hanya ingin terus melihatnya dan sebatas tertarik, tetapi siapa yang akan menjamin rasa ini hilang kedepannya? Maka dari itu, biarlah takdir yang membawa cerita ini kedepannya. Biarlah waktu yang menjawab sebenarnya, apa perasaan saya terhadapnya.
"Ngga usah, kalau kamu nyaman pakai panggilan itu pakai aja, saya gak keberatan kok."
"Oke, soalnya gue kalau liat postingan lo reflek bilangnya Kang Ayung, bukan Kang Jingga. Maaf ya ni mulut emang deh."
Biasanya, saya akan sebal mendengar ocehan orang. Tetapi kali ini, saya benar-benar menikmatinya. Bandung sore dengan Sinar di dalamnya begitu indah.
"Nanti saya mau mampir ke toko kamu, dapet discount gak?" Sebetulnya, saya merutuk dalam hati. Jingga Lembayung dan segala ke-kakuannya terkadang membuat saya muak sendiri.
"Dapet, datengnya mingdep tapi. Pas lauching menu baru, kaya yang tadi gue bilang, hehe."
"Yaudah, nanti saya dateng."
Dapat saya lihat Sinar yang menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah dengan senyuman lebar yang terukir di bibirnya.
"Saya baru tau kamu penulis." Sekali lagi, saya berusaha membuka percakapan. Sekali lagi saya ingin mengusahakan agar obrolan kami dapat berlanjut. Walau pembahasannya terkesan sangat kaku.
"Gak banyak yang tau kok, temen-temen gue aja cuma dikit yang tau nama pena gue."
"-eh, ini gue harus pake saya-kamu juga ngga sih?"
Perkataannya barusan membuat saya terkesiap, saya baru tersadar sejak tadi menggunakan saya-kamu ketika berbicara. Padahal, dahulu saya berniat menggunakan panggilan itu dengan wanita yang saya cintai. Bermula dari melihat guru saya yang menggunakan panggilan itu, membuat saya jadi ingin menggunakannya juga. Bagi saya, itu terkesan hangat dan menghormati wanita yang kelak akan menjadi pendamping saya.
Lantas, mengapa saya menggunakannya pada Sinar? Apakah saya benar-benar sudah jatuh pada pesonanya?
Tapi terlepas dari itu, bagi saya Sinar memang pantas untuk mendapat cinta yang sangat tulus.
🐝🐝🐝
Hayiiiii, yukk kasih komen dan vote buat feedback buat aku xixixixi💃💃💃💃💜💜💜💜💜
![](https://img.wattpad.com/cover/357470460-288-k593545.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSULUNG
General Fiction"Persetan dengan alasanmu mencintaiku, aku hanya tak ingin menarikmu pada seluruh masalahku" - Osinara Amara "Osinara selalu bercerita tentang kekurangannya, tanpa sadar ada banyak kelebihan di dalam dirinya. Lantas, adakah alasan bagi saya untuk ti...