13

26 5 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝


Langkah kaki Sinar sedikit terburu-buru saat tadi mendapat pesan bahwa Ayung sudah berada di depan rumahnya. Lelaki itu datang tanpa memberitahu Sinar terlebih dulu, membuatnya sedikit terkejut. Untung saja tadi ia sudah mandi, tetapi tetap saja ia belum siap sepenuhnya.

"Kang, masuk dulu ayok, gue belom siap-siap." Ringisan yang tidak Sinar tutupi itu malah membuat Ayung terkekeh. Ia gemas sehingga akhirnya tanpa sadar mengusap pelan kepala Sinar.

"Maaf ya, saya gak bilang dulu."

"Iya aih, untung tadi gue udah mandi. Cuma liat, masih kaya gembel." Sinar sedikit berputar, niat hati ingin menunjukan dirinya yang masih menggunakan baju tidur. Namun, memang dasarnya sedang sial, ia malah hampir terjatuh jika Ayung tak buru-buru menahan bahunya.

"Hey, hati-hati."

Kepalanya menunduk, malu bukan main. "E-ehehe, thanks. Y-yaudah lo duduk dulu aja mending Kang, gue mau siap-siap dulu."

Bodoh banget anjir kaya bocil aja hampir oleng. Ah letoy amat ni kaki.

"Jalannya sakit engga?" Tanya Ayung menahan kekehannya, ia kini bahkan belum melepas rangkulannya pada Sinar.

"Engga, gak sakit. Dipake lari juga bisa inimah."

Kali ini Ayung tak mampu menahan tawanya, mulut Sinar ini menurutnya sangat ajaib. Selalu ada saja jawabannya, dan lagi itu seringkali berhasil membuatnya tertawa.

"Ish, udah dongg. Malu tauu."

"Hahahaaa, iya udah maaf. Ini kamu udah sarapan belom?"

"Hmm? Belum, ntaran deh." Sinar baru saja hendak kembali melangkah, namun tiba-tiba ia berbalik. "Bener juga, lo mau minum apa? Ya ampun sorry, baru nawarin."

"Santai aja santai. Kamu mau sarapan apa kalo gitu? Saya order atau ntar bisa kita mampir."

Sinar menatap lelaki yang semalam baru saja ia tolak. Ayung bahkan tidak membahas hal itu sama sekali. Semalam saat Sinar menolaknya dengan tegas, Ayung mengangguk paham. Lelaki itu tidak meminta lebih selain diijinkan untuk terus mengejar Sinar. Katanya, Ayung akan menunggu hingga Sinar benar-benar percaya kepadanya. Maka, mari, lihat seberapa lama Ayung mampu bertahan dengan sulung yang keras kepala itu.

Ayung juga meminta Sinar untuk tidak menjadi asing, jadi sebisa mungkin Sinar bersikap seperti biasa. Ia harap, apapun yang akan terjadi kedepannya adalah yang terbaik untuk keduanya. 

"Lo masih lama ngga masuk kerjanya?"

Ayung menatap jam di tangannya. "Lumayan, saya baru ada rapat 2 jam lagi. Kenapa?"

Sinar melotot kecil, gila saja lelaki itu sudah siap dari sekarang. "Ada gilanya juga lo udah siap dari jam segini."

"Kan kamu yang kerjanya sebentar lagi. Saya mau anter kamu."

Tadinya Sinar ingin protes, tetapi urung karena Ayung sudah lebih dulu menginterupsi. "Jangan protes, ini cara saya modus ke kamu."

Dasar bapa-bapa, tidak bisa sekali jika tidak langsung kepada poinnya. "Buset, jujur amat pak."

"Yaudah, kalo masih agak lama, mau sarapan di sini aja ngga? Gue masakin."

Tawaran itu sebenarnya sangat menggiurkan bagi Ayung. Namun memang dasarnya otak cerdik, ia malah tersenyum lalu menggeleng. "Saya mau masakin buat kamu, itu kakinya masih sakit jangan banyak gerak dulu."

"Saya bisa masak kok, tenang."

Sinar terkekeh, tidak terkejut saat mengetahui Ayung bisa memasak. "Udah rapih gitu, lo yakin mau masuk ke dapur lagi, Kang? Jangan deh kalo gitu, men-"

"Ga masalah Sinar, saya serius. Saya pengen masakin kamu sekarang, kalau boleh saya pinjem dapurnya."

Terdiam beberapa saat, Ayung tersenyum lebar saat akhirnya Sinar mengangguk setuju dengan ucapannya. "Beneran? Ngerepotin lagi nanti."

"Engga, kan saya juga nebeng makan."

Candaan itu berhasil membuat Sinar terkekeh. "Hahaa, yaudah, boleh pake dapur gue. Maafin jadi ngerepotin yaaa."

"Ada beberap bahan, pake aja." Lanjut Sinar.

"Kamu mau apa?" Tanya Ayung saat sudah berada di dapur. Kini ia sedikit membungkuk untuk melihat ada bahan apa saja yang bisa ia olah.

"Ikut gimana Akang aja, gue pemakan segala ko selagi ga dikasih racun," Canda Sinar yang dibalas gelengan oleh Ayung.

"Nasi tutug oncom, oke ngga?"

Mata Sinar tanpa sadar berbinar, ia mengangguk dengan semangat. "Boleh, boleh banget."

Jawaban dengan nada semangat itu menular pada Ayung yang tersenyum simpul, senang dengan respon positif yang diberikan Sinar.

"Gue siap-siap dulu kalo gitu ya."

Sinar kali ini benar-benar melangkah menjauh, ia mengganti baju dan memoles sedikit make-up pada wajahnya. Tidak butuh waktu lama, ia sudah kembali keluar dan duduk di dekat dapur sambil memperhatikan Ayung.

Tadi, saat ia ingin membantu malah dicegah oleh Ayung. Oleh karenanya ia kini hanya berdiam seperti anak yang menunggu diberi makan oleh orang tuanya. Kurva indahnya terpancar, ntah sadar atau tidak, melihat punggung itu memasak di dapurnya cukup membuat Sinar takjub. Belasan tahun sudah ia lewati dengan mengagumi Ayung, tidak pernah sekalipun ia berharap bisa sedekat ini dengan pria itu.

Ia merasa, bungsu yang satu itu adalah berlian yang tidak layak dimiliki. Sinar pikir, Ayung dan segala kelebihannya berhak mencari yang lebih baik darinya. Semalam Sinar terus memikirkan apa alasan Ayung menyukainya, karena Sinar amat merasa kecil jika disandingkan dengan Ayung. Belum apa-apa respon negatif sudah ia dapatkan bukan saat datang ke acara Harsa?

Lamunannya baru terhenti saat suara piring yang disimpan oleh Ayung terdengar oleh rungunya.

"Masih pagi, udah ngelamun aja." Tegur Ayung.

Sinar tidak menjawab, ia memilih bangkit dan mengambil air untuknya dan Ayung. "Asikk, wangi banget. Gue udah lama aih gak makan nasi tutug oncom."

"Semoga rasanya cocok ya di lidah kamu, saya buat ga pedes tapi."

"Gak apa-apa, bisa di taburin bon cabe ini."

Niatnya Sinar hanya bergurau, tapi Ayung langsung menggeleng tegas. "Jangan Osin, masih pagi. Mau kamu sakit perut?"

"Gue bercanda, Kang."

Ayung mengangguk lega. "Kirain beneran, kamu kan suka pedes."

"Iya, ntar makan pedesnya kalo sendiri."  Sinar meringis kecil saat lirihannya itu malah terdengar Ayung.

"Udah ah, ayokk makannnn. Makasih yaa, Kang Ayung." 

Senyum dan alunan suara Sinar saat memanggil namanya, selalu berhasil membuat darah Ayung berdesir. Anggaplah ia gila, tapi berduaan dengan Sinar benar-benar bahagianya saat ini.

"Makasih juga udah izinin saya masakin kamu dan pake dapurnya. Next gantian ya, saya yang kamu urusin."

Dan selanjutnya, Sinar tersedak makanan yang ada di mulutnya. Sialan, ternyata lelaki ini ada maunya.

"Bukan pamrih, saya modus. Modus sama kamu, kalo ga gini gimana lagi caranya coba? Saya muter otak loh asal kamu tau."

Tidak, Sinar tidak ingin tau. Karena fakta itu malah membuatnya yakin, kini pipinya sudah berubah menjadi merona. Ayung sialan.

🐝🐝🐝

Wohohohoooo, siapa yg malmingnya ditemenin YungSin couple????

Tinggalin jejak yaaa, kalo rame komen sama vote, ku update lagi besokk👻👻👻

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang