44

18 4 1
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

"Gue tanya sekali lagi, gue udah ceritain semua. Akang masih mau stay? Lo masih mau punya pendamping yang keluarganya cukup ngasih peran penting ke gue? Lo, siap sama semua itu?"

"Saya siap, saya siap buat dilibatkan sama semuanya tentang kamu." Jawab Ayung terdengar mantap.

"Gue, udah mikir beberapa hari kemarin."

"Jadi, apa jawabannya?" Tanya Ayung langsung. Jantungnya berdegup kencang, menunggu jawaban dari sang puan.

Sinar memainkan jarinya, terlihat sedang memilah kata apa yang akan ia ucapkan sebentar lagi. Sampai saat Sinar menghela nafas, Ayung seolah menyimpulkan sendiri. Rautnya seolah berkata, ah aku kembali gagal.

"Saya, ditolak lagi, ya?" Tanyanya hati-hati.

Sinar yang pada mulanya menunduk otomatis jadi menegakkan kepalanya, dengan mata bulat ia menggeleng kecil. Dan Ayung, baru tahu bahwa sebuah gelengan bisa membuatnya ingin salto dan roll depan saat itu juga.

"Jadi?"

"Iya, jawaban gue iya. Lamaran lo, gue terima."

"Osin, serius?" Ayung cepat-cepat meralat ucapannya. "Bukan bukan, maksud saya, saya takut salah denger."

Kali ini, Sinar menghadap Ayung. Ia menggenggam tangan prianya perlahan, lalu ia mengelusnya dengan lembut. "Engga, Akang gak salah denger. Kemarin gue udah mikir banyak."

"Dan setelah gue ceritain semua, tapi lo tetep mau sama gue, gue rasa gue udah gak bisa lagi nahan perasaan gue. Jadi, ayok nikah, ayok barengan terus dan ayok jadi orang tua yang seutuhnya buat Harsa."

Bak mendapat sebongkah berlian, mata Ayung tiba-tiba memanas. Ntah kenapa ia malah ingin menangis saat ini.

"Jangan nangis dong ih, gak gue tolak lagi kok." Tutur Sinar.

"Ya karena itu. Akhirnya saya diterima. Makasih, makasih banyak Osin. Saya janji saya bakal pake kesempatan ini sebaik mungkin supaya kamu bahagia."

"Makasih juga udah bertahan dan terus berjuang. Dunia gelap tempat gue tinggal itu, perlahan bakal lo liat semuanya. If, someday you feel tired of all my shit life, tell me. Oke?"

Ayung mulanya ingin protes, namun urung karena Sinar menginterupsi. "Gue bilang, kalau. Gue cuma mempertegas aja, it's oke kalo lo lelah suatu hari dan milih pergi, jangan ngerasa bersalah. Ini cuma kalau, gue tau akang gak akan pergi."

"Makasih banyak, Osin. Makasih." Lalu setelahnya Sinar sudah berada di dalam pelukan hangat Ayung. Jika dulu, mungkin ia akan cepat-cepat melepaskan diri. Tapi sekarang ia malah membalas pelukan itu, ia baru merasakan bagaimana rasanya aman dan nyaman saat diberi pelukan oleh orang yang menyayanginya dengan tulus.

"Akang tau? Gue bilang lo boleh pergi, bukan berarti gue gak mau lo stay, bukan berarti lo gak gue sayang. Tentunya gue pengen bahagia sama lo sampe akhir, cuma gue ketakutan aja, maaf yaa, jangan salah paham."

"Di kepalamu emang banyak banget takutnya, ya?"

Dalam peluk tersebut, Sinar mengangguk kecil. "Banyak, banyak banget. Gue takut lo cape sama semua overthinking gue sebenernya."

"Mulai sekarang, tolong kasih tau dan libatkan saya kalau kamu lagi rasain semu itu, ya? Jangan happynya aja yang kamu bagi."

Sinar perlahan melepaskan pelukan mereka. "Iya, Akang juga, ya?"

"Saya dari lama udah banyak ngeluh ke kamu, sampe akhirnya bergantung. Inget?"

"Engga tuh, kapan ngeluhnya ya?" Kata Sinar pura-pura mengingat.

Dan hal itu berhasil membuat Ayung gemas, ia kembali menarik Sinar untuk ia peluk. "Nyaman banget, sebentar dulu, jangan dilepas," pintanya sambil menaruh dagu di atas kepala Sinar.

"Ngomongin pergi, saya harap kamu juga gak ninggalin saya, Osin. Saya tau emosi saya masih sering meledak, saya kadang ngeselin dan rese. Tapi semoga kamu mau nemenin saya berproses jadi lebih baik, ya."

"Iya. Gue gak akan kemana-mana Kang. Tapi, apa lo gak di omongin kalo nikah sama orang biasa kaya gue?"

"Saya juga manusia biasa, sama-sama makan nasi, sama-sama minum air, sama-sama butuh tidur. Saya usahain semua omongan jahat yang kamu takutin itu gak akan pernah kamu denger. Karena saya yakin, kamu mampu nunjukin kalau kamu itu memang sehebat itu. Sayang."

Kata-kata lembut itu, kontan membuat Sinar menunduk dan mencubit pelan perut Ayung. "Ish, apasih."

Saat itu Ayung terbahak, cubitan Sinar tidak kerasa sama sekali. Itu hanya refleksnya saat sedang salah tingkah, dan Ayung malah dibuat gemas karenanya.

"Ini udah hampir 11 tahun kenal, 1 tahun deket, kamu gak ada mau ubah gue-lo jadi aku-kamu kah? Anaknya udah nanyain loh waktu itu."

"Geli gak ntarnya? Takut Akang getek sendiri."

"Engga lah, cobain sok gera."

"Gak mau, ntar aja kalo udah siap." Sinar malah kembali menunduk dan menyembunyikan wajahnya dibalik badan tegap Ayung.

"Sayang, ayo dong."

"Gue gak izinin panggil sayang ya."

"Manggil calon istri sendiri sayang, masa harus izin sih?" Dengus Ayung.

"Iyalah."

"Sayang, sayang, sayang, sayang, say-"

"Akang mah ihhh."


Ayung tersenyum lebar, gummy smilenya muncul. Detik itu, bukan hanya Sinar yang melambung, tetapi Ayung juga. Akhirnya, mereka sama-sama ditaklukkan oleh rasa bernama cinta. Setelah penantian panjang dan pilihan sulit, mereka kelak akan melangkah bersama.

Niatnya, Ayung ingin kembali menjahili Sinar. Namun, urung karena ponselnya terus berdering.

"Gak usah dilepas peluknya, ini saya angkat telfon doang kok, bentar."

"Iya oke, angkat dulu itu. Bisi penting."

Ayung mengangguk, ia lalu mengangkat panggilan itu tanpa melepas pelukannya dengan Sinar. Sayang saja, baru beberapa detik, tetapi Ayung menegang sempurna.

Sinar yang masih diposisinya pun sayup-sayup mampu mendengar kata-kata orang yang menelpon Ayung sekarang. Ia, cukup jelas mendengar bahwa yang menghubungi Ayung adalah Linda. Ternyata, dalam diamnya, bukan hanya Ayung yang menegang, tapi Sinar juga.

🐝🐝🐝

Selamat hari minggu, inget bsk senin ges hehehhee 💜🐝

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang