Membuka sebuah lembaran baru tak harus menghapus sisa lembaran yang lama.
Salah satunya adalah dengan sebuah pernikahan.
Menyatukan dua isi kepala dan dua keluarga yang berbeda dari segala sisi, membawanya untuk bisa berjalan dalam satu bahtera rumah tangga.
Dalam berlayarnya bahtera itu sering kali menemukan berbagai macam hambatan. Tidak akan ada yang bisa tahu hambatan seperti apa yang akan menerjang.
Bagi beberapa orang mitos soal beratnya lima tahun pertama sebuah pernikahan menjadikan hal yang cukup menakutkan.
Hal itu tampaknya sedang dialami oleh pasangan suami istri bernama Mavi dan Amara.
Pernikahan mereka menginjak angka empat tahun, yang sayangnya harus dilalui dengan sebuah ujian berat bagi mereka berdua.
Mencoba berbagai cara untuk bisa menghasilkan keturunan, namun gagal. Berujung vonis dokter yang mengharuskan Amara untuk memotong kedua sumber sel telur miliknya.
Kedua ovarium miliknya tak bisa terselamatkan akibat sebuah kista yang muncul disana.
Nyawa Amara bahkan sempat bertaruh dengan maut ketika ia tiba-tiba saja mengalami nyeri hebat dibagian perut bawahnya.
Kista ganas itu menghabisi ovariumnya sehingga dokter harus mengambil tindakan untuk memotong dua ovarium itu untuk menyelamatkan Amara.
Amara sangat terpuruk setelah mengetahui apa yang terjadi padanya.
"Percuma! Percuma aku punya rahim tapi tidak punya ovarium! Bagaimana aku bisa hamil? Bagaimana aku bisa menghasilkan keturunan dari darahku sendiri?! Kenapa kamu tega, Mavi!!"
Saat itu Mavi tak punya pilihan lain, baginya nyawa Amara adalah satu-satunya hal yang dapat ia selamatkan.
"Amara cukup!!"
Baru kali itu Mavi menampilkan emosinya pada Amara. Selama ini Mavi adalah sosok pria yang jarang menunjukan sisi emosionalnya.
Amara bahkan tersentak saat mendengar Mavi membentaknya.
"Amara! Aku gak perduli kita mau punya anak atau enggak! Nyawa kamu tadi dalam bahaya! Kamu pikir aku mau kehilangan kamu? Harusnya kamu bersyukur, dokter bisa menyelamatkan kamu! Apa yang kamu pikirkan? Kalau kita memilih untuk tetap menyelamatkan ovariummu, aku bisa kehilangan kamu Amara"
"Tapi Mavi, aku gak akan bisa dapat warisan perusahaan papa kalau aku gak bisa hamil!"
Mavi sangat kesal mendengarnya, bisa-bisanya yang Amara pikirkan saat ini adalah sebuah warisan? Ketika nyawanya sedang berada diambang kematian.
Amara tak memikirkan bagaimana ketakutannya Mavi tadi.
"Amara, kita bisa mencari solusi yang lain untuk bisa membuatmu hamil. Tenangkan dirimu, kita cari solusinya bersama ya, sayang?"
Sabar dan sabar, hal itu menjadi makanan Mavi sehari-sehari semenjak Amara mengalami hal itu ia menjadi berkali-kali lipat lebih sensitif.
Ia bahkan tak sungkan membentak balik Mavi setiap kali mereka berdua adu argumen.
Amara menjadi gila kerja, bahkan ia melupakan tugasnya menjadi seorang istri untuk melayani Mavi.
Mavi mati-matian mempertahankan pernikahannya, ketika Amara bahkan tak perduli lagi.
Memang, tak ada keluarganya yang tahu soal ovarium Amara yang telah diangkat. Hal itu hanya mereka berdua dan sahabat Amara yang kebetulan seorang dokter kandungan.
Sebuah rahasia besar dan menyakitkan.
"Mas, aku mau kamu menikahi perempuan ini. Hamili dia dan anaknya akan kita adopsi. Hal ini cukup kita yang tahu."
"Amara!"
"Mas please...hanya sampai wanita ini hamil saja. Aku juga akan berpura-pura hamil. Setelah wanita ini melahirkan, anak itu akan aku rawat. Aku akan mengadopsinya."
"Cukup Amara! Kali ini kamu benar-benar keterlaluan!"
"Mavi aku mohon...aku gak bisa kehilangan perusahaan yang sudah aku besarkan dengan darah dan keringatku. Aku mohon kamu buat paham hal ini."
"Amara, apa kamu pernah sedetik saja memikirkan perasaanku?"
Amara terdiam.
"Apa semua materi yang aku berikan ke kamu itu gak cukup? Kamu rela membuat suamimu ini meniduri wanita lain hanya untuk tujuanmu itu? Kamu mau seperi itu, Amara?"
"Mavi, kamu gak semerta untuk menghamilinya dengan ikatan ilegal. Kamu dan dia akan menikah secara agama saja. Aku juga gak mau kalau anak itu hasil dari perbuatan yang ilegal"
Mavi kehilangan kata-katanya. Ia tertawa, dadanya berdenyut perih.
"Mavi, aku mohon"
"Kamu gila Amara"
"Mav-"
"Oke! Kalo itu mau kamu, aku akan lakukan. Aku akan menikahi wanita itu dan menghamilinya, sesuai keinginan kamu!"
Mavi hendak berbalik, meninggalkan Amara.
"Amara, aku tidak akan bertanggung jawab atas warisan keluargamu. Kamu harus bertanggung jawab atas semuanya nanti. Kamu mau aku jadi bidakmu bukan? Akan aku lakukan Amara. Sepertinya memang pendapatku juga tidaklah penting lagi bagimu. Lakukan saja semaumu, Amara."
Mavi pergi meninggalkan Amara. Wanita itu menunduk, padahal ia juga sama sakitnya.
"Memang kamu pikir aku ingin berbagi suamiku dengan wanita lain, mavi? Ini juga sama menyakitkannya untukku"
Amara meneteskan air matanya.
Keputusan itu menyakitkan untuk mereka berdua. Tetapi, Amara tak punya pilihan lain.
Ia harus bisa mendapatkan warisan itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🥲💔
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...