Mavi menyusul Amara yang masih berada di dalam ruangan Jessica.
"Mavi? Ashanya dimana?" Tanya Amara karena ia hanya melihat Mavi kembali seorang diri.
Mavi menggeleng.
"Dia pergi naik taksi, aku gak sempat mengejarnya."
Jessica terlihat bingung dengan mereka berdua.
"Ada apa sebenernya sih, Ra?"
"Tadi gue denger nama Asha disebut sebelum nama gue disini."
"Iya memang, hari ini jadwal dia kontrol kandungannya. Kenapa emangnya? Gue kira kalian dateng bareng-bareng?"
"Mavi udah seminggu sama gue, Jess."
Jessica melirik Mavi tajam.
"Setelah jam praktek gue selesai, kita bertiga harus bicara!"
***
Suara bel apartemennya berbunyi. Betapa terkejutnya ketika ia membuka pintu itu.
"A-ASHA?!!!"
"Tania..."
Asha berlari ke dalam pelukannya. Tania merasakan sesuatu mengganjal di bawah sana.
Tania membawa Asha masuk setelah memastikan tidak ada siapapun yang melihat mereka.
"Sha...lo harus jelasin ke gue! INI APA MAKSUDNYA??!!?"
Tania menunjuk perut buncit Asha. Ia sangat amat terkejut, otaknya tak mampu mencerna apapun.
Kedatangannya yang tiba-tiba saja sudah mengejutkannya, ditambah kehamilannya ini benar-benar nyaris membuat Tania pingsan di tempat.
Tania memberikan Asha segelas air minum, melihatnya menangis terisak membuatnya sedih.
"Sha, sebenarnya ada apa ini? Kenapa lo bisa jadi kaya gini?"
Setelah merasa jauh lebih tenang, akhirnya Asha membuka semua rahasia yang ia pendam sendirian selama ini.
Tania menutup mulutnya tak percaya, tubuhnya mendadak lemas seketika.
"Sha, lo-"
Tania menangis memeluk Asha.
"Dasar gila! Kalo lo butuh uang, lo bisa tanya ke gue! Kenapa harus kaya gini sih?!"
Tania menangis, ia merasa marah sekali pada Asha juga pada dirinya sendiri. Ia kecewa.
"Maafin gue ya tan, gue-"
Lagi-lagi air matanya menetes, Asha tak bisa mengontrol isakan tangisnya. Ia menangis sampai dadanya terasa sesak hingga membuatnya kesulitan bernafas.
"Sha! Sha! Tarik nafas! Jangan panik! Tenang! Tarik nafas!!"
Tania mendadak panik ketika melihat Asha kesulitan bernafas hingga tubuhnya gemetar.
Ia mecoba menbantu Asha untuk mengontrol dirinya.
"Bagus! Terus, tarik nafas buang perlahan ya. Tenangin diri lo dulu, gue disini jangan takut ya."
Tania mengusap punggung Asha menyalurkan perhatiannya, membuat gadis itu merasa aman.
Setelah berhasil meredakan air matanya, akhirnya Asha kembali bercerita.
"Gue minta maaf ya tan, gue jahat banget ya? Gue bukannya gak mau bilang sama lo. Tapi...gue udah terlalu banyak ngerepotin elo. Maafin gue ya, gue cuma sahabat yang ngebebanin lo."
Tania menepuk lengan Asha.
"Kata siapa lo ngerepotin gue, hah?! Siapa yang bilang??! Asha! Plis, lo itu satu-satunya sahabat gue. Gak perduli kalo lo bahkan minta ginjal gue pun akan gue kasih! Gue sayang banget sama lo, Sha! Lo itu orang baik! Baik banget! Plis....kenapa dunia sejahat ini sama lo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...