CHAPTER 27

2.6K 289 34
                                    

Suara yang keluar dari alat itu membuat Asha dan Mavi saling memandang dan terdiam. Wajah mereka benar-benar menunjukan ekspresi terkejut dan bahagia sekaligus.

"Jantungnya sehat dan normal, kalian bisa dengar sendiri, kan? Janin ini sudah sepenuhnya bernyawa dan memiliki ruh."

Jessica membawa alat usg itu kebagian sisi yang lain.

"Ukurannya meski belum begitu besar tapi bentuknya sudah mulai terlihat ya. Tetapi, jenis kelaminnya masih belum bisa dipastikan karena posisinya tertutup."

Usia kehamilan Asha sudah berjalan hampir lima bulan. Perutnya juga sudah terlihat membuncit.

"Tetap jaga makan dan kelola stress ya, sha. Sejauh ini kamu cukup baik menjaga kehamilan kamu. Semoga sampai melahirkan nanti semuanya baik-baik saja ya."

Asha tersenyum dan mengangguk. Lagi-lagi ia membawa pulang hasil usg calon bayinya.

Mavi membantu Asha untuk turun dari tempat tidur pemeriksaan. Jessica sesekali mencuri pandang pada mereka berdua.

Benar-benar seperti pasangan yang serasi dan terlihat normal.

"Ini resep vitaminnya dan minum rutin sesuai jadwal yang tertera ya, sha. Diusahakan menghindari makanan mentah dan cepat saji. Cukup makanan sehat dan real food saja ya."

Asha mendengarnya dengan seksama. Ia bahkan membawa catatan kecil miliknya, untuk mencatat hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh untuknya.

Jessica sangat menghargai usaha Asha untuk merawat bayi itu dengan telaten. Sebagai seorang dokter, cukup jarang melihat calon ibu yang benar-benar sampai mencatat seluruh hal yang berkaitan dengan kehamilan mereka.

Asha bahkan rutin mencatat kalau ia merasakan sesuatu, seperti mual, pusing, dan berbagai indikasi lainnya.

Mavi juga turut andil dalam menjaga mental dan emosional Asha agar tetap stabil.

Setelah mereka berdua pamit dan pergi, seperti biasa Jessica melakukan kegiatan ilegal itu dengan memanipulasi seluruh hasil pemeriksaan Asha dan mengeditnya dengan nama Amara.

Amara masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu, membuat Jessica nyaris terlonjak kaget.

Kebiasaan yang buruk.

"Gimana? Udah, Jess?"

"Ini, lo bisa bawa."

Jessica menyerahkan hasil cetak usg dan pemeriksaan palsu itu.

"Perut silikon lo gimana? Lo udah harus mulai cari-cari sesuai besar ukuran bulanannya."

"Aman kok, gue udah dapet sampai buat yang sembilan bulan."

Jessica menyipitkan matanya ketika melihat keadaan Amara.

"Ra, tiduran dulu. Kapan terakhir gue cek lo?"

Amara tak menolak, sebab ia tahu Jessica tetap akan memaksanya.

"Gatau, kayanya dua atau tiga bulan yang lalu."

Jessica menarik baju Amara hingga batas dada dan mengoleskan gel untuk melakukan usg.

"Ra, lo ada ngerasain perubahan apa sejauh ini sama tubuh lo?"

"Banyak, mau yang mana? Gue sebutin tiga hal dulu ya."

"Rambut gue rontok banget, Jess. Kayanya gue udah harus pake wig ya? Perut dan pinggul gue akhir-akhir suka nyeri banget tapi gue minum pain killer ilang sih, sama satu lagi gue jadi gampang cape banget."

"Ra, lo pernah bilang sama gue kalo lo sempet mens tapi bukan ditanggal yang seharusnya, kan?"

"Iya, bulan lalu. Kenapa?"

The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang