Jessica memberikan sebuah kotak pada Amara.
"Ra, lo serius bakalan pake obat ini?" tanya Jessica memastikan.
"Serius, gue gak pernah main--main sama keputusan yang udah gue buat."
"Mavi baru pulang besok kan dari Malaysia? lo inget kan efek samping obat ini mungkin butuh waktu beberapa hari buat recovery, maksud gue Mavi pasti capek baru balik dari Malaysia. Lo harus minta dia buat izin kerja beberapa hari,"
Amara sudah memikirkan semuanya. Tidak mungkin ia gegabah.
"I know Jess. Gue udah minta sekretaris Mavi buat reschedule jadwal dia selama satu minggu penuh."
"Sa-satu minggu??"
Amara mengangguk.
"Gue berniat buat kasih obat itu gak sekaligus sama mereka, tapi gue bagi. Karena percuma kalo gue kasih full kalo Mavi lagi capek kualitas sperma dia bisa kurang bagus kan kata lo?"
"Amara?! itu sebabnya lo minta ke gue gak cuma satu atau dua kapsul tapi satu stripe?!"
Jessica bangkit dari kursinya. Amara benar-benar melewati batasannya.
"Jess, lo bilang itu aman kan selama gak melewati dosis yang lo kasih tau ke gue?"
"Iya Ra, tapi itu tetep ada efek sampingnya! lo harus inget!"
"Gue tahu kok, tapi gue percaya dan gue serahin ke lo. Gue tau lo itu dokter kandungan terbaik yang pernah gue kenal. Lo udah suksesin banyak bayi tabung dan promil lainnya. Gue cuma minta lo pantau mereka berdua aja, bukan buat bunuh mereka Jess."
Jujur saja, Jessica sedikit merinding mendengar Amara mengucapkan kata-katanya.
"Ra! jaga ucapan lo!"
Amara menghela nafasnya.
"Sorry sorry, gue kelepasan," ucap Amara.
Jessica menenggak air di gelasnya dan duduk kembali.
"Amara, gue tahu lo obsesi dengan bayi ini tapi lo juga harus hati-hati. Please jangan pake lebih dari dosis yang gue sarankan ya? bisa kan?"
Amara mengangguk, lalu ia bangkit dari kursinya.
"Yaudah kalo gitu gue pergi dulu ya, gue mau anter obat ini ke Asha."
"Iya, at least biarin Mavi satu hari istirahat dulu ya sebelum lo kasih itu"
"Oke, gue paham. Gue akan kabarin lo kalo sampe terjadi sesuatu."
Jessica mengangguk.
Setelah kepergiannya, Jessica segera menyiapkan satu set obat-obatan untuk pertolongan pertama pada overdosis yang akan ia berikan pada Asha tanpa sepengetahuan Amara nanti. Untuk berjaga-jaga.
"Amara, gue gak ngerti kenapa lo bisa seberubah ini. Apa yang udah dijanjikan sama bokap lo sampe lo rela berbagi Mavi ke perempuan lain?"
Jessica memijit pelipisnya.
***
Waktu menunjukan pukul tujuh malam, Asha sedang berada di ruang tv menonton serial yang akhir-akhir ini sedang menarik perhatiannya.
Ia mendengar suara gerbang terbuka dan suara mobil.
Saat ini Asha sudah mengingat perbedaan suara mobil milik Amara dan Mavi. Kali ini yang datang adalah Amara.
Setelah pintu masuk terbuka, suara ketukan sepatu hak tinggi milik Amara terdengar.
"Asha," panggil Amara.
"Iya, mba?" Asha bangkit dari sofa.
"Saya gak akan lama disini, saya cuma mau kasih kamu ini."
Amara menyerahkan kotak yang ia bawa dari Jessica.
"Ini vitamin untuk kamu dan Mavi," ucapnya.
Asha bertanya-tanya dalam hatinya, vitamin lagi? stok vitamin miliknya masih sangat banyak di laci.
"Oh iya mba, terima kasih."
Amara tak memberitahu gadis polos itu tentang obat yang disebutnya sebagai vitamin, ternyata adalah sebuah obat perangsang.
"Kamu harus hati-hati saat minum ini karena untuk yang ini dosisnya cukup tinggi. Saya sudah lampirkan jadwal untuk meminumnya. Untuk Mavi juga sudah saya jadwalkan. Kalau dia gak minum disini, tolong kabarin saya biar saya yang kasih ke dia."
"Baik mba,"
Asha melihat sepertinya Amara sedang tidak dalam mood yang bagus, terlihat bagaimana ketika ia datang sama sekali tidak menyapanya atau sekedar melakukan basa-basi. Bahkan ia tidak menampilkan senyumannya.
"Mavi besok baru pulang dari Malaysia, dia akan akan libur selama satu minggu kedepan. Jadi, saya pastikan dia akan tetap di rumah ini selama satu minggu. Jessica bilang minggu depan adalah puncaknya masa subur kamu, kan?"
Asha mengangguk.
"Asha, tolong pastikan selama satu minggu nanti kamu dan Mavi harus lebih sering dan intens melakukannya. Saya gak mau sia-sia lagi. Kamu ingat kan saya cuma punya waktu lima bulan lagi dan sekarang sudah tersisa empat bulan."
"Iya mba, akan saya usahakan."
"Bagus, saya andalkan kamu ya, Sha."
Baru setelah itu Amara bisa tersenyum.
"Ohiya saya lupa, obat itu akan memiliki beberapa efeks samping. Kamu gak perlu khawatir karena itu sangat wajar dan normal. Kamu bisa hubungi saya setelah meminum itu ya."
"Baik mba"
Setelah itu Amara pergi meninggalkannya.
Asha melihat isi kotak itu, ada beberapa buah tablet tanpa nama dan merk. Sepertinya sudah dilepas sebelum diberikan padanya.
Entah mengapa tapi kali ini ia merasa sedikit khawatir.
Asha menyimpan obat itu di dalam laci kamarnya.
Keesokan harinya, Jessica tanpa mengabari tiba-tiba datang.
"Hallo Asha, apa kabar?"
"Hallo dok, saya baik. Apa ada sesuatu?"
Jessica menyerahkan sebuah kotak P3K mini pada Asha.
"Ini, saya mau kamu simpan ini di tempat yang gampang ditemui."
Asha tentu saja terkejut, ada apa sebenarnya?
"Ini....apa ya dok?"
"Ini cuma obat biasa untuk pertolongan pertama kalau terjadi sesuatu, seharusnya saya kasih kamu lebih awal. Tapi saya selalu lupa. Maaf ya."
Asha hanya mengangguk-angguk.
"Oh baik dok, mari masuk dulu dok"
"Gak perlu sha, saya harus pergi lagi karena ada jadwal praktek. Kalo gitu saya permisi ya. Ohiya, kalau ada apa-apa kamu bisa langsung hubungi saya ya."
"Baik dok, terima kasih."
Setelah itu Jessica pergi.
Asha sejak pagi merasa gelisah. Ada apa sebenarnya? Mavi baru akan mengunjunginya besok, jadi hari ini ia hanya akan melakukan kegiatannya seperti biasa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Guys mau reminder, kayanya chapter selanjutnya bakalan lebih banyak dan intens scene smut nya. Mohon persiapkan diri kalian dan aku menyarankan jangan baca ditempat umum yaa! Wkwkwkw 😭🙏Yang baca cerita ini udah pada cukup umur kan yak? :')))
Sekalian, aku juga mau reminder bahwa free s*x itu bukan perbuatan yang baik ya! Semua ceritaku walaupun ada scene smutnya tetap dilakukan oleh pasangan yang legal dan sah 🙏☺️ meskipun agak agak hampir kecolongan pas di cerita Ephemere wkwkwkw 😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...