Amara melangkahkan kakinya berjalan memasuki kantor Mavi. Wajahnya terlihat tak senang. Bahkan, beberapa dari pegawai yang berpapasan dengannya tak ada yang berani menyapa.
Habis sudah sisa waktu yang ia sabar-sabar selama empat bulan ini. Memilih Asha ternyata adalah sebuah keputusan yang salah.
"Siang bu Am-"
Amara tak menghiraukan sekretaris Mavi yang hendak menyapanya. Ia langsung mendorong pintu ruang kerja Mavi dengan kasar.
Ia melihat suaminya sedang duduk dengan tumpukan berkas di depannya.
Mavi tak menghiraukan kedatangannya, sebab ia tahu dari caranya membuka pintu dan langkah kakinya yang terburu-buru itu adalah Amara.
Pria itu masih berkutat dengan pekerjaannya yang menumpuk.
"Mavi, aku udah kehabisan waktu!" Ucap Amara dengan tekanan intonasi yang terdengar seperti sedang menahan amarahnya.
Mavi masih mengabaikannya.
"Aku udah gak bisa nunggu lagi!" Ucapnya lagi.
Mavi masih juga mengabaikannya.
"Aku akan mengakhiri kontrak dan mengusir Asha."
Barulah, mendengar nama gadis itu disebutkan Mavi akhirnya mengangkat kepala dan menatapnya.
Amara miris, bahkan Mavi baru mau menatapnya setelah ia menyebut nama gadis itu. Sejujurnya, ada rasa ngilu di dalam hatinya.
"Apa maksud kamu, Amara?"
Suara Mavi terdengar dingin baginya.
"Aku udah kehabisan waktu! Aku gak bisa nunggu gadis itu yang mandul dan gak hamil-hamil, mas! Udah cukup aku sabar menunggu selama empat bulan ini!"
"Mau kamu apa?"
"Aku mau membatalkan kontrak dengan Asha dan mengadopsi rahim perempuan, lain yang memang sudah jelas-jelas hamil! Gak perduli anak siapapun, aku akan mengadopsinya sebagai alat!"
Mavi tak habis pikir, Amara benar-benar sudah kelewat batas.
"Amara cukup!"
Suara Mavi terdengar menggema di ruangan itu. Entah orang lain dapat mendengarnya atau tidak, yang jelas bentakkan suara pria itu mampu membuat tubuhnya gemetar.
"Amara, aku sudah cukup sabar selama ini. Hal gila apa lagi yang ingin kamu lakukan? Belum cukup kamu merusak masa depan seseorang? Merusak aku dan pernikahan kita?!!"
Amara bersusah payah menahan air matanya.
"Pergi," ucap Mavi dengan intonasi yang lebih rendah dari sebelumnya.
Mavi tak ingin lepas kendali padanya. Jadi, lebih baik ia menyuruh Amara untuk pergi dari sana.
Amara mengepalkan tangannya. Ia mundur beberapa langkah tanpa sedikitpun membuang pandangannya pada Mavi.
Sebelum Amara membuka pintu, ia berhenti dan menolehkan kepalanya lalu mengatakan sesuatu yang membuat Mavi membulatkan matanya.
"Bagus mas, kamu sekarang udah berani usir aku? Kalau begitu, aku akan pastikan kamu gak akan pernah bertemu lagi dengan Asha."
Setelah itu Amara pergi dari sana. Mavi lantas bangkit dari kursi kerjanya dan menyambar ponsel serta kunci mobilnya.
"Sofia, kamu reschedule jadwal saya hari ini." Ucap Mavi pada sekretarisnya lalu dengan setengah berlari ia segera menuju mobilnya.
Amara membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah tinggal Asha.
Ia menghubungi Jessica.
"Hallo, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...