CHAPTER 44

1.8K 174 10
                                    

Ketika aku melihatmu pertama kali, sama sekali tidak ada senyuman disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika aku melihatmu pertama kali, sama sekali tidak ada senyuman disana. Di wajah tampan itu.

Aku bertanya-tanya, kenapa yang kali ini berbeda? Dari semua pria yang ditawarkan padaku oleh mama, hanya kamu yang tidak memberikan kesan pertama itu.

Aku menerimanya, aku sedikit penasaran dengan kepribadianmu.

Sepanjang waktu berjalan, ternyata aku mulai menyusun puzzle itu. Sebuah puzzle tentang dirimu yang perlahan-lahan aku kumpulkan.

Namun, karena aku tidak terbiasa dengan sebuah perasaan yang dinamakan cinta. Aku membungkusnya dan membuatnya menjadi terasa menyebalkan.

Mavi, kamu tidak pernah memintaku untuk merubah sikapku.

Keras kepalaku selalu kamu tenangkan dengan ucapakan kasih sayang.

Amarahku selalu kamu damaikan dengan sebuah pelukan.

Badaiku kamu tenangkan hanya dengan senyuman.

Bagaimana ini, Mavi?

Rupanya aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu.

Cinta pertamaku.

Lucu sekali rasanya ketika aku sedang bahagianya bersamamu, tetapi takdir berkehendak lain.

Aku sakit, Mavi.

Sakit sekali, aku tidak siap jika melihat wajahmu yang harus kecewa jika aku mengatakan kalau kamu tidak akan pernah bisa menjadi seorang ayah. Selamanya.

Mavi, apakah aku jahat  karena melakukannya?

Menghadirkan dia diantara kita.

Tidak Mavi, itu demi dirimu.

Aku tidak akan pernah bisa meninggalkanmu sendirian setelah kepergianku.

Mavi, lihatlah.

Bayi ini tersenyum padaku, seolah mengatakan bahwa ia sangat bahagia bisa terlahir di dunia ini.

Aku menyayanginya, jauh bahkan sebelum ia hadir.

Mavi, bahkan sampai saat terakhir bersamamu aku masih belum bisa membungkus rasa cintaku dengan benar.

Maaf membuatmu menangis, lagi.

Mavi, kamu adalah satu-satunya cinta dalam hidupku.

Cinta pertamaku.

Indah sekali bukan potret kita bertiga?

Aku harap kamu benar-benar memajangnya di meja. Tidak perlu dengan bingkai yang besar. Cukup bingkai kecil dan sederhana saja.

Meski diletakan di sudut pun tak masalah.

Aku bahagia, Mavi.

Bahkan, di sisa waktu terakhir itu aku ada dalam dekapanmu.

Rasanya sangat menenangkan..

Mavi, jangan menangis lagi ya? Sebab kamu sudah menangis terlalu banyak karenaku.

Mavi, aku mencintaimu.

Kekasih hatiku.

-Amara Rhisyad-

The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang