Beberapa hari ini kontraksi palsu mulai cukup sering muncul secara tiba-tiba, membuat Asha menjadi sedikit kesulitan karena ia harus menghentikan aktifitasnya.
Entah saat menyiram tanaman, memasak untuk Mavi bahkan saat ia mengobrol dengannya pun Asha harus berhenti karena ia meringis ketika merasakannya.
Asha terlihat cantik dengan dress bunga berwarna hijau muda. Rambutnya yang di kuncir kuda bergoyang kesana kemari setiap ia bergerak.
Melihat kue miliknya yang masih berada di dalam oven membuatnya tersenyum. Pasalnya, setelah Alin akhirnya memberitahukan soal dirinya dan Mavi serta Amara pada ibunya. Secepatnya, ibunya ingin segera bertemu dengan Asha.
Lalu, hari ini sesuai janji temu mereka akan segera bertemu.
Mencium aroma harum dan lezat dari dapur membuat Mavi tak kuasa menahannya.
Ia memeluk Asha dari belakang lalu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher wanita itu.
"Harum sekali, kuenya sudah jadi? Mas mau coba, sayang."
Asha tersenyum lalu mengusap kepala Mavi.
"Belum matang, sepuluh menit lagi."
"Sepuluh? Cukup kalau begitu"
"Cukup apa?"
"Untuk ini"
Asha melotot saat ia merasakan tangan Mavi menyelinap ke dalam bagian bawah dressnya. Mavi mengusap area sensitif Asha.
"Aah! M-mas!"
"Hm? Boleh, kan? Masih ada sembilan menit"
Asha menggigit bibirnya saat jari Mavi mulai menekannya.
"Bo-boleh...tapi ini di dapur.."
Jessica memang memberitahukan pada Asha, karena ia sudah memasuki waktu untuk bersalin jadi tidak masalah kalau mereka ingin berhubungan seperti sebelumnya.
Justru Jessica menyarankan, agar ia lebih cepat mendapatkan kontraksi dengan bantuan alami dari Mavi.
"Delapan menit.." Ucap Mavi.
Tangannya keluar dari dress itu dan menyentuh dadanya.
Mavi memberikan usapan halus diatas dada Asha yang masih tertutup lengkap.
Asha meringis saat merasakannya.
"Tujuh menit, sayang.."
Semakin mundur Mavi menghitung, semakin gila Asha dibuatnya.
Mavi benar-benar menarik turun bagian dada dress Asha hingga menampilkan buah dadanya yang masih terbungkus oleh bra miliknya. Dress dengan bagian karet itu dapat dengan mudah ditarik turun olehnya.
"Mas..nggh.."
"Enam menit.."
"Mas- nanti ibu datang..."
Mavi tak menggubrisnya, pria itu justru menangkup daun telinga Asha dengan mulutnya hingga membuatnya merinding.
Asha terbelalak saat tiba-tiba saja Mavi mengangkat dan mendudukannya di atas meja.
"Lebarkan kaki kamu, sha."
Asha berpegangan pada bahu Mavi.
Lampu merah menyala. Asha menatap Mavi
"Ma-mas! Tunggu dulu!"
"Lima menit sayang, kita punya waktu lima menit lagi sampai kuenya matang. Buka kaki kamu, kalau kamu mau kue itu gak gosong."
Sangat menyebalkan melihat senyuman Mavi saat ini. Pria itu menggodanya dengan eskpresi wajah dan suara beratnya yang begitu seksi.
Asha menyerah, tenaganya tak cukup untuk melawan Mavi. Dengan perlahan ia membuka lebar kedua kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...