Chapter 20

4.1K 262 31
                                    

Asha melepaskan pelukan Mavi, ia mengelap wajahnya dengan tissue. Lalu Asha membawa jemarinya melepaskan kancing baju bagian depan miliknya satu per satu.

Pikirnya, ia harus tetap melakukan tugasnya. Jadi, tak perduli mau bagaimanapun keadaan ia harus tetap melakukannya.

Mavi menghentikannya.

"Cukup Asha, malam ini tidak perlu melakukannya. Kamu sebaiknya istirahat dulu."

Asha menatap mata Mavi sambil melanjutkan kembali aktifitasnya yang tadi terhenti. Ia berhasil menanggalkan baju atasannya lalu menyisakan bra miliknya yang berwarna biru muda, warna kesukaan Mavi.

"Asha please.."

Asha tak menghiraukan ucapan Mavi. Ia berpikir jika saat ini Mavi menganggapnya seperti wanita gila ia tak perduli lagi, bukankah memang tujuan awal dirinya hadir diantara mereka memang untuk melakukan hal ini?

Jika dianggap gila pun sudah terlambat, sejak ia menyetujui kontrak itu dengan Amara dirinya memang sudah gila. Kebutuhan mendesak membuatnya kehilangan akal sehatnya.

Asha berdiri untuk melepas bawahan yang ia pakai.

Mavi hanya bergeming menatap Asha yang melepaskan kain ditubuhnya satu per satu.

"Fuck"

Mavi berusaha untuk tetap tenang meskipun sejujurnya ia juga terkejut melihat gadis itu melakukan semuanya.

Asha berdiri memunggungi Mavi yang masih terduduk di ranjang.

"Bisa tolong bantu lepaskan, pak?"

Mavi tertegun mendengarnya, gadis itu meminta untuk membantunya melepaskan kaitan bra miliknya.

"Asha, saya mau kamu berhenti."

Mavi benar-benar sangat sabar menahannya, ia tahu luka di lutut gadis itu pasti masih terasa sakit. Tetapi sialnya, Asha justru terus menguji batasannya.

"Do it Mavi, touch me."

Mavi widened his eyes.

"Asha your wound-"

"Saya masih bisa menahannya karena sudah diobati,"

"I don't want to do it right now, take your clothes and sleep."

Asha merasa harga dirinya terluka mendapat penolakan dari Mavi. Ia sudah susah payah menurunkan rasa gengsi dan malunya.

Gadis itu memutar balik tubuhnya menghadap Mavi. Asha tahu bagian favorite Mavi pada tubuhnya dan ia akan memanfaatkan itu.

"If you don't want to take it off by yourself, then I will."

Asha melepaskan pengait bra dibalik punggungnya.

"Asha!"

"Why? you don't like it?"

Mavi benar-benar kehilangan kata-katanya.

"What's wrong with you?!" Ucap Mavi.

Asha memajukan tubuhnya membuat tubuh Mavi yang berada lebih rendah darinya hanya tersisa beberapa jengkal saja.

Wajah pria itu berada tepat di depan antara perut dan dadanya.

Asha mengangkat wajah Mavi, lalu ia mengusap pipi pria itu. ia pikir, apalagi yang kurang dari pria yang ada di bawahnya saat ini?

Ia menatap mata Mavi, melihat bagaimana cantiknya bulu mata pria itu yang panjang dan lentik alami.

Asha menyentuh hidung Mavi dengan jari telunjuknya. Hidung mancung dan besar itu menjadi poin utama dalam wajah Mavi.

The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang