CHAPTER 34

2.8K 295 18
                                    

Demi menjaga keamanan Asha dari keluarga Amara, Mavi memutuskan untuk membawa Asha pulang kembali ke rumah keduanya.

Setidaknya, Mavi tidak begitu terlalu berat meninggalkan Amara karena ia memang menyewa seorang perawat yang stand by setiap hari khusus untuk merawatnya.

Mavi membantu Asha untuk turun dari mobil karena perutnya yang sudah sangat besar membuatnya sedikit kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas.

“Hati-hati,” ucap Mavi sambil menuntun tubuh Asha.

“Mas, kamarnya boleh pakai yang di lantai bawah dulu? Kayanya kalau naik ke lantai dua setiap hari gak akan sanggup.”

Mavi tersenyum dan mengusap kepala Asha.

“Iya sayang, boleh.”

Asha membulatkan matanya mendengar ucapan Mavi yang tiba-tiba itu. Pipinya seketika bersemu merah.

“Kenapa? Boleh kan mulai sekarang kalau saya- maksudnya, kalau aku panggil kamu sayang?”

Kupu-kupu rasanya berebut ruang kosong di dalam perut dengan calon bayinya.

Asha tersenyum dan mengangguk kecil, “Boleh, mas.” Ucapnya.

Mavi tersenyum dan mengusap pipi Asha yang lebih chubby sejak terakhir kali ia melihatnya.

“Kamu istirahat dulu di sofa ya, mas mau rapihkan kamarnya dan pindahin barang-barang kamu yang ada di atas.”

Asha mengangguk.

Setelah itu Mavi sibuk sekali naik-turun untuk memindahkan beberapa barang dan kebutuhan mereka yang ada di kamar utama lantai dua ke kamar tamu di lantai satu.

Saking lamanya menunggu, Asha bahkan sampai tertidur disana. Ia biarkan tv menyala itu yang berganti menontonnya tertidur dengan sangat pulas.

Ia bahkan tak terusik ketika Mavi mengangkat dan memindahkannya ke dalam kamar.

Waktu menunjukan pukul dua belas malam dan Asha masih sangat pulas dalam mimpinya.

Mavi sama sekali tak mengantuk, sialnya ia besok harus berangkat pagi untuk ke kantor dan siangnya menemani Amara untuk kemo.

Namun, tak merasa rugi juga karena ia bisa puas menatap wajah Asha saat ini.

Mavi menyingkirkan beberapa helaian rambut Asha dari wajahnya. Ia mengelus wajah cantik itu dengan punggung jemarinya dengan sangat hati-hati, takut jika membuatnya terbangun.

Mavi tersenyum melihat wajah Asha yang sangat lucu dan polos saat tertidur seperti ini.

“Cantiknya…”

Mavi juga mengusap perut Asha dengan rasa penuh kasih sayangnya.

“Tidur yang lelap ya nak, biarkan ibu kamu istirahat dulu malam ini. Ibu kamu hebat sekali, maafkan ayah ya sayang. Ayah berjanji mulai saat ini kita akan selalu bersama-sama. Akan ayah usahakan apapun untuk keamanan kalian. Ayah sayang adik dan ibu.”

Mavi mengecup perut Asha. Ia berbaring dan memeluknya. Membiarkan debaran tenang di hatinya membuatnya terlelap hingga akhirnya dapat tertidur.

Tidur yang sangat nyenyak setelah sekian lama ia berperang dengan rasa bersalah dan malam panjang yang dingin.

Sejujurnya, Asha sudah terbangun sejak Mavi mengelus wajahnya. Tetapi, ia ingin tahu apakah ada yang akan Mavi sampaikan padanya dan ternyata sebuah ucapan tulus dan indah keluar dari mulut Mavi.

Asha rasanya ingin sekali menangis, begitu bersyukur karena Mavi benar-benar serius dengan ucapannya.

Selama mereka berpisah, ia sendiri pun merasa sangat takut. Ada begitu banyak hal yang muncul di dalam kepalanya, rasa takut akan kehilangan begitu besar sampai membuatnya menyadari kalau ia benar-benar sudah jatuh hati dengan Mavi, terutama dengan buah hati mereka.

The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang