Setelah kehamilan Asha dapat dibuktikan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Jessica, alat itu menampilkan gambaran isi rahim milik Asha.
"Janinnya masih sangat muda karena baru berusia dua minggu. Jadi, baru terlihat kantungnya saja disini. Saya akan bantu untuk pantau sampai kamu melahirkan nanti, Asha." Ucap Jessica.
Asha menurunkan bajunya setelah melakukan usg. Ia datang sendirian karena Mavi harus bekerja pagi itu.
Jessica menyerahkan hasil print usgnya pada Asha.
"Semua vitamin yang Amara berikan sama kamu dibuang saja. Saya akan resepkan yang baru ya. Kehamilan trimester awal ini sangat amat rentan Asha. Kamu dan Mavi sebaiknya menunda untuk berhubungan intim demi keamanan bayi ini."
Asha mendengarkan Jessica dengan seksama.
"Nanti saya juga akan beritahu Mavi soal ini. Kamu cukup makan makanan yang sehat dan bergizi, minum vitamin supaya janin ini bisa berkembang dengan baik. Gejala mual serta muntah-muntah biasanya akan dialami oleh beberapa wanita hamil. Kemudiam, bentuk fisik juga semakin lama akan terlihat berbeda. Apa ada yang sudah mulai kamu rasakan, Sha?"
"Sepertinya ada dok, saya merasa payudara saya lebih besar dan kencang,"
"Benar, hal itu wajar, karena kelenjar susu untuk menyusui bayi nanti mulai ikut berkembang."
Asha mengangguk.
"Kalau begitu kita akan bertemu lagi bulan depan ya. Kamu bisa kabarin saya kalau ada apapun yang mau kamu tanyakan."
Asha bangkit dari kursi untuk pergi.
"Terima kasih banyak ya, dok. Mohon bantuannya."
Jessica terlihat ragu, namun akhirnya ia memilih untuk mengatakannya.
"Sha, tunggu!" Panggilnya sebelum gadis itu mencapai pintu keluar.
"Iya, dok?"
"Hmm..saya cuma mau bilang sesuatu. Selama hamil tolong jangan sampai kamu stress ya? Soal Amara...sampai saat ini saya juga belum dapat kabar darinya lagi. Saya khawatir kalau dia tiba-tiba datang menemui kamu dan terjadi sesuatu, tolong kabari saya atau Mavi secepatnya ya."
Asha tersenyum, "Baik, dok. Kalo gitu saya pamit dulu ya." Ucapnya lagi.
Setelah kepergian Asha dari balik pintu, tiba-tiba saja ponsel Jessica berbunyi. Amara menghubunginya.
"Hallo Ra! Lo dari mana aja??
"Jess, gue tahu Asha baru keluar dari ruang pemeriksaan"
"Apa? Lo ternyata disini?"
"Iya, gue ngikutin dia"
"Ra...sini masuk ke ruangan gue, kita bicara ya?"
"Iya, gue kesana"
Tak lama kemudian Amara tiba dan langsung membuka ruang praktek Jessica.
"Amara!"
Jessica menghampiri dan memeluknya. Ia melihat wajah sembab Amara, bisa menebak Amara pasti sangat sedih.
"Ra, astaga...lo kenapa jadi kaya gini? Sini duduk dulu."
"Jess, gue gak bisa lama-lama disini. Tapi, gue cuma mau satu hal dari lo. Satu hal terakhir yang gue minta sebagai sahabat lo."
"Iya ra, kenapa?"
"Jess, plis bantu gue buat yakinin keluarga gue kalo gue itu beneran hamil."
Jessica terdiam menyimak ucapan Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...