Sofia memberikan laporan pada Amara bahwa Mavi sudah meminum obat itu.
"Kerja bagus, saya transfer bonus buat kamu Sofia."
"Terima kasih, bu! Semoga sukses ya bu!"
Amara langsung mematikan sambungan ponselnya. Ia mencengkram erat benda logam itu dan melemparnya ke meja rias di kamarnya.
"Aaaargh!"
Amara mendorong semua benda yang ada di depannya hingga terjatuh ke lantai
Bahkan, ada beberapa perfume dan makeup mahal miliknya yang pecah berserakan.Amara melihat cermin di depannya. Ia melihat air matanya menetes deras dari pipinya yang mulai terlihat tirus.
"I need the baby....please Asha...give the baby..."
Amara menjatuhkan kepalanya diatas meja dan menangis terisak.
***
Mavi membawa mobilnya menuju rumah tinggal Asha. Ia menyalakan pendingin mobilnya dengan suhu yang maksimal.
Ia bahkan sudah melepas jas kerja dan mengendurkan ikatan dasi di lehernya. Namun, rasa panas itu tak kunjung hilang.
Setelah memasuki kawasan perumahan sepi itu akhirnya Mavi menghentikan mobilnya di tepi jalan. Padahal tinggal satu belokan lagi untuk sampai di rumah itu.
Mavi merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya. Ia melihat cermin di atasnya dan terkejut ketika melihat rambutnya sudah basah karena keringat dan wajahnya memerah.
Mavi menyentuh bagian bawahnya, kenapa tiba-tiba menegang? Padahal ia sedang tak memikirkan hal-hal seperti itu atau sedang tidak terpancing oleh sesuatu.
"Ugh, brengsek kenapa tidak mau turun!"
Mavi meringis melihat benda keras dibalik celana panjangnya itu sudah berdiri hingga terlihat jelas menyembul dari balik celananya.
Mavi menyandarkan kepalanya di kursi mobil, ia mencoba mengingat kembali apa yang ia makan sebelum kesana.
Hingga akhirnya Mavi baru menyadari, hal terakhir yang ia minum adalah kopi buatan Sofia.
Mavi mencengkram stir mobil, nafasnya terengah-engah.
"Brengsek! apa Amara melakukan hal itu juga padaku?!"
Mavi menghubungi Amara. Namun, wanita itu tak bisa dihubungi. Tak mungkin ia menghubungi Sofia dengan keadaan seperti ini. Bisa-bisa, wanita itu mencurigainya dengan suaranya yang terengah-engah.
Melihat dari reaksi tubuhnya, Mavi yakin hal ini yang dirasakan oleh Asha kemarin. Pantas saja gadis itu memilih untuk menyiram tubuhnya dengan shower.
"Ugh!"
Semakin lama ia menahannya, semakin tersiksa juga dirinya.
Mesin mobil itu kembali ia nyalakan dan segera menginjak pedal gas mobilnya menuju rumah itu.
Asha baru saja selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah.
Malam ini ia mengenakan baju tidur tipis itu lagi, kali ini berwarna putih susu dengan belahan dada yang ekstrim dan bagian punggung yang terbuka.
Daging payudara bahkan dapat dengan mudah terlihat karena belahan dan tipisnya baju itu.
Tubuh Asha menegang saat mendengar suara gerbang dan mobil milik Mavi. Asha meringis, padahal bekas ciuman Mavi ditubuhnya belum hilang.
Asha memilih untuk duduk di ranjang menunggu pria itu.
Padahal, justru setelah memarkirkan mobilnya di halaman Mavi tak segera turun. Ia memilih untuk berdiam diri di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Rings With Broken Vows { COMPLETE }
FanfictionAda banyak cara untuk mencari uang. Termasuk dengan meminjamkan rahim sendiri. Orang gila mana yang mau melakukannya demi uang? Asha, adalah satu-satunya. Merasakan beratnya menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian sang ayah. Belum la...