Tsukishima berdecak pelan. Ia melihat ke arah depan yang dimana jalan raya yang dilaluinya sangat macet, padahal ini siang hari dan belum waktunya jam pulang kerja. Ia terus menoleh ke arah jam tangannya. Apa yang di perlihatkan atsumu padanya sangat membuatnya frustasi, namun dengan segera ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba mengontrol emosinya.
Ia sudah menghubungi sakusa, tsukishima sempat melacak keberadaan atsumu, beruntung GPS di handphone atsumu menyala, jadi dengan cepat ia bergegas ke sana. Pikiran tsukishima semakin kalang kabut dikala melihat titik GPS tersebut mengarah ke sebuah gudang tak terpakai, tsukishima tidak bodoh, ia tau tempat itu.
Setelah perjalanan yang menguras energi dan emosi, tsukishima sampai pada gudang yang ia lihat saat melacak keberadaan atsumu tadi. Tak lama dari itu, sakusa pun juga datang. Dengan tergesa gesa, ia pun mendekati tsukishima.
"Dimana? Dimana shoyo?" Ayolah, ia sangat panik.
"Di sini, terakhir saya melihat titik nya di sini" Sakusa dengan cepat pergi ke dalam gudang tersebut, Tsukishima pun mengikutinya. Mereka mencari di setiap sudut ruangan gudang tersebut. Hingga pada akhirnya, sakusa melihat sebuah cahaya yang tembus melewati celah dan lubang atap gudang tersebut dan menyinari seseorang yang tergeletak disana.
Nafas sakusa tercekat. Dengan cepat ia berlari dan mendekati seseorang tersebut. Ia berharap bahwa itu hanya perasaannya saja, namun takdir seperti enggan menyembunyikan faktanya. Sakusa dapat melihat jelas wajah pucat pasi milik sepupunya, dan melihat beberapa luka sayat di bagian tertentu.
"Sho? shoyo bangun"
"Kau bercanda bukan? SHO?!"
Tsukishima yang mendengar teriakan sakusa langsung mendekati pria yang sedang terisak tersebut.
"Tidak ada waktu, ayo kita bawah ke rumah sakit segera" Sakusa mengangguk pelan dan perlahan mulai menggendong tubuh Hinata. Tsukishima yang kalang kabut, hanya bisa berdoa untuk keselamatan Hinata.
Sesampainya di rumah sakit, Hinata langsung di bawa ke ruang ICU, kondisi nya sangat sangat memprihatikan. Sakusa dan tsukishima menunggu didepan dengan darah segar yang masih menempel pada pakaian sakusa.
Tsukishima melihat sakusa, ia yakin pasti ada rasa khawatir, sedih, marah yang bercampur aduk, karena dia sendiri pun juga sama hal nya seperti itu. Tsukishima menghela nafas pelan. Namun tak lama kemudian, sakusa mengucapkan suatu hal yang membuatnya bingung harus menjawab atau tidak.
"Siapa yang melakukan ini?"
Tsukishima terdiam. Ia tau, jika ia memberitahukannya pasti sakusa akan menghajar habis orang itu. Tsukishima memang marah, tapi dia masih punya pikiran untuk tidak membuat orang lain meninggal di tempat.
Tsukishima tetap pada posisinya, terdiam enggan menjawab pertanyaan sakusa. Sakusa mengepalkan tangannya kuat.
"Saya tanya, siapa yang melakukan ini?!"
Tsukishima menghela nafas untuk kesekian kalinya. Mau tak mau ia harus memberitahukannya bukan? karena seiring waktu, pasti akan terungkap juga. Tsukishima berdiri dan menatap sakusa.
"Kau mau apa setelah tau siapa pelaku nya?"
Sakusa mendongak, menatap tajam tsukishima. Yang di tatap tak merasakan takut sedikit pun.
"Saya akan membunuhnya"
"Lantas, jika kau sudah membunuhnya, apakah itu akan mengembalikan shoyo seperti sedia kala?"
Sakusa terdiam.
"Dengar tuan sakusa, jika kau membunuhnya sekarang, kita tidak akan punya bukti untuk melaporkannya ke pihak berwajib, aku yakin dengan kau membunuhnya, dia tak akan merasa takut, justru dia akan merasa senang karena dengan begitu shoyo juga akan memiliki trauma berat yang disebabkan oleh orang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...