Hallo minna!
jadi disini aku bakal usahain buat update 1 hari 1 chapter, dan kapan kapan aku kasih double chap atau triple chap, so? tunggu aja yap buat kisah selanjutnya, arigatou <3Happy reading
----------------------------------------------------
"Kamarmu ada di sebelah. Lalu mengapa kau mengikutiku? Apa kau bilang tadi? kita? bahkan untuk melihat dirimu saja aku sudah muak! ingat! kita menikah ini karena p.e.r.j.o.d.o.h.a.n! tidak lebih!" ucap kageyama sambil menekan kata perjodohan. Hinata pun terkejut atas apa yang dilakukan kageyama. Hinata pun mulai menangis dalam diam nya.
Kageyama yang merasakan tangannya bergetar pun segera melepas cengkramannya dan menutup pintu kamarnya.
Blam!
Setelah kepergian kageyama, Hinata pun segera melangkah kan kaki kecil nya menuju kamar yang di maksud oleh suami-nya. Setelah masuk, Hinata pun kembali membereskan baju nya dan menata nya di lemari nya. Karena lelah, akhirnya Hinata pun duduk di depan cermin untuk melepaskan rasa lelahnya. Tiba - tiba ia teringat akan apa yang suaminya ucapkan. 'Kita ini menikah karena perjodohan!'. Hinata pun mulai kembali menangis dan meraung raung.
'Bunda, shoyo takut tidak bisa hiks..' Hinata pun tertidur di kasur nya setelah ia lelah menangis. Pukul 7 malam, Hinata mulai bangun dari tidur nya dan bergegas membersihkan diri kemudian memasak untuk makan malam. Hahh, untung saja Hinata belajar memasak makanan yang disukai kageyama bersama ibu mertuanya.
30 menit kemudian, Hinata telah siap dengan semua hidangan yang ada di depan nya. Mulai dari Tamago, Karee dan lain lain. Setelah dirasa selesai semua, akhirnya Hinata pun pergi ke atas untuk mengajak suaminya makan malam bersama.
Tok tok tok
"Tobio? apakah kau didalam? ayo kita makan malam dulu." ucap Hinata. Oh iya, pesan dari yukii sebelum Hinata pindah rumah itu, jangan lupa pnggil kageyama dengan nama belakang nya atau tobio. jika dirinya memanggil kageyama sama saja dia seperti memanggil dirinya sendiri.
Lama tak kunjung membuka, Hinata pun mengetuk kembali pintu kamar kageyama. Disaat ingin mengetuk, pintu kamar pun telah terbuka terlebih dahulu sebelum dia mengetuknya.
Cklekk
"Eh? tobio? kau mau pergi ke mana? ayo makan malam dulu." ajak Hinata.
"Bukan urusanmu!" Kageyama pun mulai berjalan menjauh dari lelaki kecil di depannya yang sekarang berstatus sebagai istrinya(?).
"Tentu ini urusanku tobio! sekarang aku istrimu, aku hanya ingin tau kau ingin pergi kemana." Kageyama yang mendengar itu pun menoleh ke arah Hinata yang mengejarnya dan mencengkram kuat pipi Hinata.
"Dengarkan! mau kemana saja itu urusanku! kau tak punya hak untuk tau, dan berhenti memberiku perhatian sampahmu ini. Kalau kau ingin tau aku ingin pergi kemana? Aku ingin kerumah tsukishima! aku akan menginap disana, dan kau! tak perlu menunggu ku pulang!" seusai mengucapkan kata kata tersebut, kageyama pun segera menghempaskan tangannya dari pipi Hinata dan berjalan keluar. Hinata? dia hanya bisa memandang nanar kepergian suaminya. Oh ayolah, baru tadi dia menikah.
Akhirnya Hinata pun membereskan makanan malam ini sendirian sambil menangis. Mengapa tak menyewa asisten rumah tangga? Tidak. Ini atas permintaan kageyama, dan Hinata pun juga tak keberatan, sudah biasa bagi dirinya. Setelah selesai, Hinata pun duduk di ruang keluarga sambil membawa camilannya, memandang kosong televisi didepan kemudian tertidur.
00.30 am.
Kageyama pun pulang ke rumahnya malam itu. Acara menginap nya tidak jadi, karena tsuki melarangnya untuk menginap dan disuruh untuk pulang saja, dengan alasan 'baru tadi siang kau menikah, sana pulang! temani Hinata!' Ya begitulah kira kira. Kageyama pun segera melangkah ke dalam rumahnya. Saat berjalan menuju kamarnya, sayup sayup dia mendengar suara televisi di ruang keluarga. 'Siapa yang menonton televisi pagi pagi buta seperti ini?' pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...