"Apa perlu kita hubungi hinata?"
Iwa menatap tsuki dengan tatapan tak percaya. Bukankah kemarin tsukishima yang paling marah kala mendengar perilaku Kageyama terhadap Hinata? lalu kenapa sekarang dengan mudahnya ia bilang seperti itu?
"Tunggu tsuki, apa maksudnya?"
"Aku pikir Kageyama seperti ini karena Hinata. Jadi aku bertanya pada kalian, perlukah kita menghubungi Hinata tentang masalah ini?"
Iwa bangkit dari kursinya. Menatap netra tsukishima tajam.
"Apa kau gila hah?! bukankah waktu itu kau yang paling marah akan kejadian yang menimpa Hinata? lalu sekarang apa? dengan mudahnya kau bertanya seperti itu? hanya demi Kageyama?"
"Pikirkanlah tsuki."
Tsukishima menghela nafas pelan. Ia kembali menatap wajah Kageyama. Iwa pun kembali duduk dan mengatur nafasnya. Hening melanda mereka bertiga, hingga beberapa menit setelahnya Kageyama pun tersadar sedikit demi sedikit.
"Sshh.."
Kageyama menatap sekitarnya. Pandangan yang semula buram menjadi jelas. Kageyama dapat melihat jelas sahabatnya menatap khawatir.
"Bagaimana kondisimu, kageyama?" Kageyama menggeleng pelan. Terlalu lemah untuk berbicara banyak. Sahabatnya menatap ke arahnya, melalui pandangan, Kageyama menatap sahabatnya seolah bertanya 'apa?'
"Tidak ada, kau tidur saja." Kageyama pun menganggukkan kepalanya dan mulai memejamkan matanya. Percayalah, saat ini kepalanya sangatlah pusing. Tsuki, bokuto dan Iwa hanya menatapnya sekilas kemudian berjalan pergi dari kamar Kageyama dan membiarkan kageyama tidur dengan tenang.
Sesampainya di luar, mereka hanya menatap wajah satu sama lain. Mereka pun juga sudah mengabari orang tua Kageyama dan beberapa menit lagi akan sampai ke rumah sakit tersebut. Mereka menghela nafas untuk kesekian kalinya.
"Bagaimana ini?" Tsuki hanya mengedikkan bahu tak paham lagi. Bokuto pun hanya diam dan duduk di kursi depan kamar Kageyama. Tak lama kemudian, Ayah dan ibu Kageyama pun datang dan tersenyum ke arah mereka. Mereka pun mengucapkan terimakasih dan menyuruh mereka bertiga untuk pulang kerumah masing masing dan menjaga pasangannya. Mereka pun mengangguk dan menyetujuinya.
Keesokan paginya
Di rumah hinata, lelaki tinggi dengan rambut keriting telah menunggu di depan rumah hinata. Ya, mereka berjanji untuk keluar jalan jalan di hari yang cerah itu. Setelah selesai bersiap, Hinata dan sakusa pun pergi berjalan jalan untuk menikmati pagi hari itu. Sebenarnya ibu Hinata melarang Hinata untuk pergi pagi pagi seperti ini, namun Hinata sudah berjanji dengan sakusa, mau tak mau Hinata harus menepatinya.
Tak sepenuhnya menurut, sebenarnya Hinata hanya ingin keluar rumah karena suntuk dirumah. Jadi kan menggunakan alasan janji dengan sakusa agar diperbolehkan keluar.
"Omi, hari ini udaranya seger ya" Ucap lelaki Surai orange itu. Sakusa tersenyum dan mengangguk kecil.
"Omi mau kemana??" tanya Hinata. Sakusa berpikir sejenak.
"Gimana kalau kita keliling taman?" Hinata mengangguk antusias. Dengan segera ia menarik tangan kekar sakusa. Sakusa yang terkejut pun langsung menetralkan detak jantungnya dan perlahan mengikuti lelaki mungil di depannya itu.
Hari mulai menjelang sore, Lihatlah. Kedua lelaki itu yang katanya ingin berkeliling taman namun pergi sampai kemana mana hingga hari mulai sore. Hinata tentu bahagia bisa menghabiskan waktu bersama sakusa dan kegiatan di luar rumahnya yang sangat ia rindukan.
Sebelum kembali ke rumah, Hinata mengajak sakusa untuk duduk di taman sejenak, untuk melepas letih setelah berkeliling ke mana pun tempat yang mereka tuju. Hinata duduk kemudian disusul oleh sakusa. Hinata menikmati semilir angin yang menerpa wajah mungilnya. Sakusa yang tak sengaja melihat itu pun segera mengambil ponsel nya dan diam diam memotret wajah sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...