"Omi?"
"Kau tidak ingin mencari istri?"
Hening-
Sakusa berdeham. Ia menatap hinata yang tengah menatapnya. Sakusa menyodorkan bubur ke depan mulut hinata, bermaksud agar hinata memakan suapannya. Hinata pun memakannya dengan hati hati. Bisa hinata lihat raut wajah sakusa yang tiba tiba diam.
"Omi? omi kenapa?"
Sakusa menggeleng pelan.
"Kau bisa makan sendiri sho? aku ingin membeli sesuatu di luar" Hinata mengangguk pelan, ia menyadari perubahan sakusa. Apa dia salah bertanya?
Sakusa meletakkan bubur itu di samping hinata, hinata menatap kepergian sakusa. Ia menghela nafas pelan. Ia memperhatikan kamar rumah sakitnya, sangat bosan.
'Nah, kalau begitu buatlah pernikahan ini menjadi landasanmu untuk membangun dasar cinta. Dengarkan, seburuk apapun perilaku suami mu terhadapmu, jangan pernah melawan atau meninggalkannya. Aku yakin, jika dia tak menyukai mu saat ini tapi dia akan menyukaimu kelak. Buatlah dia senyaman mungkin dengan keberadaanmu Hinata dan jangan kecewakan dia.' ucap akaashi.
Seketika ingatan hinata kembali berputar, ia tersenyum miris.
"Ucapan akaashi-san memang benar adanya, tapi kenapa hanya sementara? bahkan sekarang tobio tak terlihat mencintaiku lagi, sekedar bilang menyayangiku saja tidak" gumam hinata.
"Aku salah dimana? aku sudah berusaha mungkin membuatnya nyaman denganku" lirih hinata.
'Pesanku, apapun yang terjadi jangan pernah tinggalkan kageyama ya, dia hanya seseorang yang kesepian. Sayangi dan cintai dia selayaknya kau mencintai keluargamu ya. Bersabarlah, cinta itu pasti akan datang padamu." ucap akaashi.
"Seseorang yang kesepian ya?" hinata terkekeh pelan.
'ibu mohon sekali denganmu shoyo, buat dia jatuh cinta padamu, ibu minta maaf jika kelak ada kelakuan tobio yang menyakiti hatimu nak, ibu mohon jangan tinggalkan tobio ya.' ucap yukii.
"Maaf bu, tobio tidak jatuh cinta padaku..." hinata menunduk. Kenapa? kenapa harus sekarang ia mengingat semuanya. Dari pesan ucapan orang orang terdekatnya, hingga penyiksaan kageyama, sakit. Ditengah tengah acara melamunnya, sakusa masuk ke dalam kamar hinata.
Sakusa melihat hinata yang tengah melamun. Sakusa mendekat kemudian mengusap lembut surai orange sepupunya itu. Hinata sedikit terkejut dan menatap orang disampingnya.
"Memikirkan apa hm?" tanya sakusa. Hinata menggeleng.
"Cepat dimakan buburnya, keburu dingin" Hinata hanya mengangguk kemudian menghabiskan buburnya. Sakusa menatap hinata yang tengah makan.
'Sho kenapa? bukan karena pertanyaannya tadi dia jadi seperti ini bukan?'
Seusai makan, hinata kembali terdiam. Sakusa yang tidak tau harus memilih untuk mengusap tangan mungil hinata. Hinata masih terus berdiam dengan pikirannya yang ribut.
Tok tok tok
Hinata dan sakusa pun menoleh ke arah pintu. Disana terlihatlah mantan mertua hinata, ya. Daisuke dan yukii. Dengan segera, yukii menghamburkan pelukannya kepada hinata. Hinata yang tersenyum kecil dan mengusap punggung mantan mertuanya itu.
"Ibu? ibu disini?" tanya hinata.
"Maaf sho.. Ibu minta maaf hiks.." Yukii menangis di pelukan hinata. Ntahlah, hinata hanya diam dan tetap mengelus punggung yukii.
Sakusa dan daisuke hanya melihat interaksi keduanya. Setelah dirasa agak tenang, yukii melepas pelukannya dan menatap hinata. Mengambil tangan kecil hinata kemudian mengusapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...