"Kageyama?"
Kageyama yang merasakan bahu nya disentuh dan seseorang yang memanggil namanya pun akhirnya menoleh pelan. Hinata tentu terkejut dengan kondisi kageyama. Bagaimana tidak? rambut yang berantakan, baju yang kusut, hidung dan pipi yang merah, dan suhu tubuhnya yang sangat panas.
"Kageyama?! astaga, kau demam! sebentar biar aku ambilkan kompresan dulu." Hinata pun turun ke dapur untuk mengambil air dan handuk untuk mengompres kageyama. Sesampainya di kamar kageyama, Hinata segera meletakkan air tersebut di nakas dan mulai mengompres kageyama. Kageyama hanya diam membiarkan Hinata mengompres dirinya. Sebenarnya dia ingin melawan, hanya saja tenaga nya tak kuat untuk sekedar berbicara.
"Ini minum obat nya dulu, agar demammu sedikit menurun." Kageyama mengambil obat tersebut dan meminum air, tentu dengan bantuan Hinata.
"Syukurlah aku tak terlambat menyadari bahwa kau demam kageyama, istirahatlah. Aku akan kembali ke kamar, kau bisa memanggilku jika butuh sesuatu." Belum sempat berjalan, Hinata merasakan tangan besar menyentuh pergelangan tangannya yang kecil. Hinata pun menoleh mendapati tangan kageyama yang memegang tangannya.
"Di-disini saj-a." ucap kageyama susah payah. Hinata yang terkejut pun hanya diam, sampai pegangan tangan kageyama semakin erat menyadarkan Hinata dari lamunannya.
"Baiklah, aku akan tidur disini. Cepatlah istirahat kageyama." Hinata berjalan ke sisi kasur sebelah kageyama, dan mulai tidur dengan posisi membelakangi kageyama. Oh ayolah, dia belum terbiasa berdekatan dengan kageyama!
"Hinata! ha-hadap si-sini." Hinata yang belum tidur langsung membelalakkan matanya. Apa?
"Hadap sini, hi-nata!" Dengan rasa takut yang mendominasi, akhirnya Hinata pun mau tak mau segera membalikkan tubuhnya perlahan. Dilihatnya kageyama yang sedang menatap dirinya. Hinata hanya bisa menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah.
Grepp
Kageyama memeluk Hinata. Memeluk gais! kageyama! author terkejoed. Hinata masih sedikit syok dengan perlakuan kageyama padanya. Ahh saat sakit ternyata kageyama sangat manja ya. Kageyama tidur dengan posisi memeluk Hinata dengan kepala Hinata sebagai tumpuannya.
Hinata hanya bisa diam dan membalas pelukan kageyama dan menenggelamkan kepala nya pada dada bidang kageyama.
"Cepat sembuh, Anata." Hinata pun mulai menyusul kageyama ke alam mimpi. Ahh malam yang sangat indah bagi mereka, dibawah sinar bulan yang indah pula.
°°°
Pagi harinya, Hinata terbangun dari tidurnya dan mengecek kondisi tubuh kageyama. Masih panas. Akhirnya Hinata memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian membuatkan kageyama sarapan. Tak lupa dengan kompresan yang masih ada di dahi kageyama.
35 menit pun berlalu, Hinata pergi ke kamar kageyama dengan membawa nampan berisi bubur, obat dan air untuk kageyama. Sesampainya di kamar kageyama, Hinata membuka knop pintu dan melihat kageyama yang telah bangun.
"Kau sudah bangun kageyama?" Kageyama hanya mengangguk sekilas.
"Syukurlah, kau harus makan bubur ini dulu ya? setelah itu minum obat mu, demammu masih belum turun." Kageyama hanya memperhatikan gerak gerik hinata yang sedang sibuk meniup bubur. Cantik.
"Buka mulutmu, aaaaa" Kageyama menolak dan menghindari suapan dari Hinata.
"Hei? kau harus makan kageyama! agar lekas sembuh! sini buka mulutmu." Kageyama menengok.
"A-aku tidak ma-mau, p-pahit."
"Kalau kau tidak makan, kau tak akan sembuh kageyama, beberapa suap saja ya? lalu minum obat." Akhirnya kageyama menurut, sungguh tenaga nya benar benar habis untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...