Pagi hari nya, setelah kepulangan hinata ke rumah kageyama lagi. Hinata bangun dengan tubuh yang segar, karena semalam ia tidur dengan nyenyak. Hinata menatap Kageyama di sampingnya. Hinata mencium bibir kageyama sekilas tanpa diketahui sang pemilik bibir. Hinata segera bangkit dan membersihkan dirinya.
Setelah selesai, hinata pergi ke dapur untuk masak sarapan mereka berdua. Hinata memilih untuk memasak sayur dan ayam goreng. Setelah semua tersaji, hinata menata nya di meja makan. Sebelum hinata membangunkan kageyama, ternyata kageyama sudah turun dari kamarnya.
Hinata tersenyum, "Ah tobio... sini. kau mau lauk apa? biar aku ambilkan"
Hinata tersenyum senang ketika bisa melayani kageyama kembali. Kageyama menatap datar Hinata yang tengah mengambilkan nasi untuknya, dengan segera ia merebut kasar piring dari tangan hinata.
Hinata terkejut. Ia menatap wajah kageyama yang seakan sedang marah terhadap sesuatu. Namun apa? apakah aku melakukan kesalahan? kenapa tobio menjadi berubah sejak perilaku kemarin? pikir hinata.
Kageyama duduk dan memakan makanannya dengan tenang, hinata pun sama. Beda nya Hinata hanya menatap Kageyama, dan tak memiliki nafsu untuk memakannya. Hinata memperhatikan pakaian yang dikenakan kageyama, jas kantornya! hinata baru menyadarinya.
"Tobio, bukannya kau libur?" tanya hinata hati hati.
Kageyama menatapnya datar, hinata segera menundukkan pandangannya, dia takut. Kemana kemanisan yang kemarin tobio berikan-... hinata menangis dalam hatinya.
Kageyama kembali memakan makanannya, tanpa peduli hinata yang tengah menunduk karena tatapannya. Kageyama menyelesaikan makannya lalu bangkit dan mengambil tas kerjanya. Hinata mendongak menatap Kageyama yang tengah merapikan dasinya.
"Tobio, kau mau kemana?" Hinata ikut bangkit, namun tak digubris oleh kageyama.
Saat kageyama berbalik badan, hinata langsung memegang pergelangan tangan kageyama. Ia menatap netra biru itu dengan intens. Kageyama menatap netra madu yang penuh dengan rasa sakit tersebut.
"Tobio... kenapa? kenapa perlakuanmu berbeda dari kemarin? apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya hinata yang masih menatap netra biru milik kageyama.
Kageyama mengalihkan wajahnya, "lepaskan."
Tubuh hinata sedikit bergetar ketika mendengar perkataan kageyama, namun ia tetap keukeh memegang pergelangan tangan kageyama. Bahkan semakin kencang.
"Tobio... jawab dulu pertanyaanku"
Kageyama menatap wajah hinata, kemudian ia menarik pergelangan tangannya sendiri yang otomatis hinata pun ikut tertarik. Kageyama mendekatkan wajahnya ke wajah hinata secara perlahan. Hinata yang menatap itu hanya bisa menahan nafasnya.
Kageyama berbisik ke telinga hinata, "Kau berharap apa atas perlakuan ku kemarin hm? aku hanya berpura pura agar harta ku tidak hilang karena disita oleh ayah. jadi, mulai sekarang acting yang bagus, mengerti? hinata shoyo." Hinata terkejut.
Ia hampir saja menangis, sebelum menjauhkan wajahnya dari wajah hinata, kageyama menatap lekat netra madu yang hampir mengeluarkan air mata tersebut. Jika sekali berkedip mungkin sudah jatuh.
Hinata meremas baju bagian perutnya, ia masih menatap netra biru yang tengah menatap netranya. Mereka sama sama dekat. Bedanya yang satu menatap dengan penuh kasih sayang dan rasa sakit, yang satu menatap dengan kebencian.
Kageyama menjauhkan wajahnya. Ia mengambil kunci mobil dan segera berangkat, kageyama berhenti di depan pintu utamanya. Sebelum keluar ia menatap pintu dan berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...