5 hari berlalu, sejak kejadian dimana kageyama mengatakan cerai pada hinata, hinata menjadi sedikit tidak nafsu makan. Oh ya, btw sekarang hinata berada di rumah sakusa. Untuk masalah kemarin belum ada yang tau, karena memang hinata menyuruh sakusa untuk menutup mulutnya.
"Sho? makan dulu ya? kau sudah 5 hari tidak teratur makannya" tawar sakusa. Hinata menggeleng lemah, wajahnya pucat namun ia memilih untuk tidak peduli dengan kondisinya. Di otaknya sekarang hanyalah kageyama dan kageyama.
"Shoyo jika kau seperti ini terus kau akan sakit, kau mau bunda koushi curiga denganmu huh?" Hinata menggeleng dan menunduk.
"Yaudah makan dulu ya? sedikit saja tidak apa-apa. Yang penting perutmu tidak kosong" ucap sakusa sembari menaruh nampan berisi makanan di hadapan hinata. Sebenarnya hinata malas makan, namun ia juga tak ingin keluarga nya khawatir dan berujung merepotkan mereka dan juga sakusa.
"Shoyo, habis ini aku akan ke kantor. Aku ada meeting penting yang harus aku hadiri, kau tidak apa-apa kan aku tinggal sendiri?" ucap sakusa. Hinata menoleh.
"Tak apa"
"Baiklah jangan lupa makan makananmu, aku siap-siap dulu kemudian berangkat" Sakusa naik ke atas untuk bersiap-siap. Hinata hanya menatap sepiring nasi dan lauk di depannya dengan tatapan enggan. Beberapa saat sakusa turun dengan tas yang dia bawa dan berpamitan pada hinata.
"Jaga dirimu baik-baik, habiskan makanmu. Kalau ada apa-apa telepon aku, oke?" Hinata hanya mengangguk sekilas. Sakusa yang melihat itu hanya menghela nafas pelan dan memakai maskernya. Tak lupa tangannya yang disemprot dengan handsanitizer.
author : TULISANNYA GTU KAN?!
tsuki : authornya goblok.
author : berisik garem dapur!Setelah di rasa sakusa berangkat, Hinata mengambil nampan yang berisi nasi itu kemudian berjalan ke arah dapur. Hinata menaruh nampan itu dan menutupnya dengan tutup saji. Oh ayolah, hinata malas makan. Apa kalian tidak peka?
Hinata kembali ke tempat ia duduk semula, di ruang tamu. Hinata mengambil remote dan menyalakan televisi. Percayalah, matanya memang melihat televisi tapi tidak dengan otaknya. Di otaknya hanya terpikirkan kageyama. Kageyama sudah makan belum, kageyama lagi apa, kageyama apa dia tidur teratur dan lain-lain.
4 jam berlalu, Hinata tak merubah posisinya sedikitpun. Raga nya memang ada dirumah sakusa, namun tidak dengan jiwa nya. Hinata menatap jam yang ada di dinding rumah sakusa.
pukul 4 sore?
Hinata beranjak dari duduknya dan keluar menuju pintu utama rumah sakusa, mengadahkan kepalanya melihat langit yang mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
'aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus menjelaskannya pada tobio. dia salah paham, aku tak ingin rumah tanggaku pecah. aku harus kerumah, aku harus kerumah!'
Begitulah isi kepala hinata saat ini. Hinata langsung menyambar sandalnya lalu menutup pintu rumah sakusa dan berjalan menuju rumahnya sendiri. Ya, karena hinata dan kageyama belum resmi cerai, jadi rumah itu masih jadi hak hinata.
Hinata tak peduli dengan gerimis yang perlahan jatuh dari langit, yang ia pikirkan sekarang hanyalah menjelaskannya semua pada Kageyama. Tak butuh waktu lama, hanya 30 menit hinata sampai di rumahnya.
Perlahan hinata mengetuk pintu rumahnya sembari memanggil penghuni rumah itu.
tok tok tok
"Tobio ini aku, aku datang ingin menjelaskan semuanya" Hinata terus mengetuk pintu rumahnya hingga saat ketukan ke tiga, pintu rumahnya terbuka, menampilkan seseorang bersurai kuning dengan penampilan yang bisa dibilang lumayan acak-acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...