Sakusa meletakkan beberapa menu sarapan di depan meja makan, lebih tepatnya di depan hinata. Terlihat enak, namun hinata tak ada niat untuk mengambil nya sedikit pun. Hinata hanya memikirkan kageyama.
"Sho? cepat makanlah. Lalu istirahat" ucap sakusa mengambil nasi dan lauknya. Hinata menunduk.
"A-aku merindukan t-tobio, omi.." Sakusa menghela nafas pelan. Helaan sakusa terdengar oleh hinata yang membuat hinata semakin menundukkan kepalanya.
"Sudah aku bilang tinggalkan kan sho? orang seperti nya tidak pantas diperhatahankan." ucap sakusa sembari mengambil piring hinata dan mengisi nya dengan makanan.
"Cepat makan" Hinata mengangguk dan mereka pun menyelesaikan acara sarapan pagi mereka. Setelah usai, hinata kemudian beranjak untuk ke kamar karena sakusa yang menyuruhnya. Katanya istirahat saja. Jadilah hinata istirahat.
1 bulan kemudian...
Hinata masih terdiam di rumah sakusa. Orang tua nya? hinata tak memberitahu nya. Bahkan hinata menyuruh teman-temannya dan sepupunya untuk menutup mulu untuk masalah ini. Sebenarnya mereka tidak ingin, namun apa daya. Hinata bahkan sampai memohon mohon untuk tidak membuka mulut mereka untuk masalah ini.
Rindu? tentu. Hinata tak tahan dengan itu, 1 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk hinata hadapi tanpa seorang Kageyama. Hinata selalu berdiam diri di kamar, keluar hanya jika ada urusan penting atau mungkin hanya ingin bersih-bersih saja.
Dan kini hinata berada di kamarnya. Menatap kosong ke luar balkon kamarnya. Menikmati angin malam yang berhembus kencang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun hinata tak ada niat untuk masuk sedikitpun.
Hinata menatap bulan yang bersinar terang pada malam itu. Terlintas wajah kageyama di pikirannya. Bagaimana wajah kageyama yang selalu tersenyum padanya, selalu tertawa pada nya, selalu bersikap manja padanya. Hinata rindu. Ia rindu akan semua tentang kageyama.
Hinata menoleh ketika merasakan ada seseorang yang ikut berdiri disampingnya, iya dia sakusa. Sakusa mendongak menatap langit.
"Shoyo, ini sudah jam berapa? Dan mengapa kau masih disini?" Hinata menunduk.
"A-aku hanya ingin me-mencari angin saja omi" Sakusa menatap hinata dengan ekor matanya. Hinata tengah menunduk, menautkan jarinya. Sakusa kembali memandang langit.
"Sangat jelas sekali kau sedang berbohong sho. Kau pasti merindukan si brengsek itu kan?" Tanya sakusa. Hinata mendongak menatap sakura yang lebih tinggi darinya.
"Ti-tidak! aku t-tidak merindukannya..." Sakusa berbalik, menatap hinata dan memegang bahu hinata.
"Kau mencintainya, bagaimana bisa kau bilang kau tidak merindukannya? Haha, kau ini. Segera masuk lalu kita makan malam" Ucap sakusa sembari masuk ke dalam kamar Hinata dan menuju dapur.
Hinata hanya menatap punggung sakusa yang mulai menghilang, menatap bulan kembali. Sepertinya hari ini hinata benar benar merindukan kageyama.
"Ah sepertinya aku butuh istirahat otak dulu. Sepertinya besok sore aku harus ke taman untuk menenangkan pikiranku." monolog hinata. Hinata mengangguk pertanda ia setuju dengan opini nya sendiri.
Setelah itu, hinata langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon kamarnya dan bergegas menuju dapur untuk makan malam.
Besoknya, tepat pukul 4 sore, hinata berada di taman. Sendiri dan sepi. Namun Hinata tak masalah, itu artinya ia bisa sedikit lebih menenangkan diri nya. Sedikit sulit memang mendapatkan izin sakusa, namun berkat permohonan hinata yang terus menerus akhirnya hinata diperbolehkan ke taman dengan syarat pukul 5 sore harus sampai di rumah dan hinata pun menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH(OUT) YOU
RomanceMungkinkah awal perjodohan itu dapat berakhir bahagia? bagaimana jika perjodohan itu awal dari kesedihan? Menceritakan sebuah rumah tangga antara kageyama dan hinata yang dibangun karna perjodohan. Akankah mereka bahagia? atau akan sengsara karena...