Saat ini pukul 19.30, Saviera masih berada di kediamannya, ia bahkan belum packing barang-barang yang akan ia bawa ke Italia, padahal Saviera harus berangkat pukul 21.00.
Sekarang Saviera sedang berada di kamarnya, ia masih merebah di bed, menatap ipad dengan headphone yang terpasang dikepala. Saviera masih menikmati aktivitas bersantai-santainya
"Savierrr, ini udah jam berapa? jangan bilang lo belum packing juga? come on sa, satu jam setengah lagi private jet bokapnya Jeffrey sampai airport" Polixa masuk kamar Saviera bersama pelayan
Saviera melirik ke arah Polixa, kemudian ia meletakkan ipad dan melepaskan headphone dikepalanya. Ia memposisikan tubuhnya duduk bersila di atas bed, menatap Polixa intens
"Kenapa lo semangat banget suruh gue berangkat buru-buru ke Italy? lo rela gue tunangan sama Jeffrey?" ucap Saviera
"Bukan gitu maksud gue sa, lo kan tau sendiri gimana bokapnya Jeffrey. Dia ga bakal biarin lo telat lima menit pun, yang ada dia kirim orang-orang suruhannya ke sini" balas Polixa
"Tolong bantu packing semua barang Saviera yang harus dibawa nanti ya" sambung Polixa memerintahkan pelayan. Pelayan tersebut mengangguk dan langsung mem-packing barang-barang Saviera yang harus dibawa.
Polixa memposisikan dirinya duduk di bed, tepat berhadapan dengan Saviera, "Sa, kalau ditanya rela atau ga rela, jelas gue jawab gue ga akan pernah rela lo pergi ke Italy untuk tunangan dengan Jeffrey, laki-laki yang gue tau sifatnya se-brengsek apa dan keluarganya se-problematik apa"
"Gue ga amnesia, gue selalu ingat apapun yang Jeffrey berusaha lakuin ke lo. Dari mulai dia yang selalu berusaha buat lo masuk ke rayuan busuknya, dia yang kasih lo obat dan berusaha berbuat hal bejat ke lo, jelas gue ga akan pernah rela sa"
"Tapi gue ga sekuat itu untuk bawa lo pergi, bokap nyokap gue juga ga bisa lakuin apapun, kita udah pernah coba kan sebelumnya? tapi hasilnya apa? sia-sia sa. Lawan seimbang keluarga Jeffrey, terutama bokapnya Jeffrey itu cuma bokap lo."
"Iya, tapi bokap gue yang bawa gue ke situasi ini. Bokap gue yang menjerumuskan gue ke perjodohan yang ga ada untungnya ini. Gue juga heran persiapan acara pertunangan dua bulan ini direncanakan secara sepihak oleh keluarga Jeffrey tanpa adanya persetujuan gue, kenapa harus seburu-buru ini?" jawab Saviera
"Gue juga ga ngerti kenapa keluarga Jeffrey harus seburu-buru ini, seolah mereka mau menutupi sesuatu lewat pertunangan lo dan Jeffrey. Tapi balik lagi ke yang tadi gue bilang, kita ga bisa lakuin apapun lagi sekarang sa. Yang penting kita udah berusaha, semoga keajaiban datang saat pertunangan lo besok dilangsungkan"
"Gue udah hoppless" ucap Saviera
"Kenapa tiba-tiba hoppless? tadi siang lo sendiri yang optimis keajaiban itu akan datang. Kalau nanti usaha terakhir kita ini sesuai dengan semestinya, semua akan berbuah manis. Bukan cuma lo yang bisa makan buahnya, tapi orang lain pun bisa mencicipi." balas Polixa
"Optimisme gue tiba-tiba hilang, gue ragu dengan usaha terakhir yang kita lakuin. Gue udah menyerahkan semua sepenuhnya pada Tuhan, gue yakin Tuhan punya rencana yang terbaik."
Polixa tidak tega mendengar ucapan terakhir Saviera, entah kenapa hatinya sangat sakit. Saviera adalah segalanya untuk Polixa, Saviera sudah ia anggap adiknya. Melihat Saviera berada di situasi ini rasanya sangat menyesakkan
"Gue akan selalu mendampingi dan berada disisi lo, no matter what plans God has for you." Polixa membawa Saviera masuk ke dalam dekapan yang selalu ia berikan kepada sahabatnya itu
"Thank you" Saviera mengeratkan dekapannya. Beberapa saat Polixa dan Saviera berdekapan, sampai Polixa melepas dekapan tersebut.
Polixa lalu memegang kedua pipi Saviera seraya memandang kedua matanya, "Maaf ya gue ga bisa susul ke Italy, gue ga bisa tinggalin RS. Bokap nyokap pun lagi diluar negri, jadi ga bisa dampingi lo. Lo harus hati-hati sama Jeffrey, jangan biarin Jeffrey berbuat hal buruk ke lo, okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar Face
RomanceBagai keajaiban yang datang tak terduga, bagai bencana yang datang tak disangka. Begitulah pertemuan mereka, terjadi begitu tiba-tiba. Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing, semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail ole...