Malam berganti pagi, pagi berganti siang, siang pun berganti sore. Pukul 16.00, wujud perkasa Ronadio sedang berdiri tegak di depan sebuah ruang rawat khusus yang di dalamnya ditempati oleh dua perempuan cantik, Saviera dan Isabella. Mata Ronadio tak sedetikpun henti berlinang air, kepedihan atas kondisi Saviera dan Isabella, serta kedukaan atas kepergian Isacco masih sangat setia dalam genggaman sang tuan.
Sedari kembali dari tempat antah berantah, tempat berakhirnya nyawa pelaku utama teror sekaligus pembunuh berdarah dingin, Ronadio langsung mendampingi Saviera dan Isabella di rumah sakit. Sampai kini Saviera dan Isabella tak kunjung membuka pejaman mata, belum ada tanda-tanda siuman di antara mereka. Berbagai alat medis tak lepas melekat sempurna pada tubuh keduanya, Ronadio sungguh tak tega melihatnya.
Pasca operasi kemarin sebetulnya Saviera sudah sempat siuman, dokter pun berkata kepada Ronadio jika Saviera sudah bisa dipindahkan ke bangsal VIP yang tersedia. Tapi satu jam setelah Saviera di pindahkan, kondisi perempuan tersebut tiba-tiba kembali kritis. Dokter menyampaikan jika akibat dari tembakan kemarin menyebabkan ada gangguan pada sistem syaraf sang puan hingga ia kembali tak sadarkan diri, perasaan Ronadio bagai dicambuk mendengar kabar istrinya.
Sudah berjam-jam Ronadio berdiri menatap kaca jendela besar di hadapannya, menatap Saviera dan Isabella yang raganya belum bisa ia sentuh. Tak terhitung sudah berapa tetes air mata yang lolos dari mata tajam Ronadio, lelaki tersebut sudah tidak menghiraukan jika ia dianggap sebagai orang aneh oleh siapapun yang melihat kesedihannya. Yang ada dalam benak Ronadio sekarang hanya Saviera dan Isabella, kedua bidadarinya yang sedang mempertaruhkan nyawa.
Dalam ratapan yang mendalam, berbagai rapalan doa Ronadio panjatkan. Ronadio tak lelah merayu Tuhan agar dengan segala kemurahannya Tuhan mengangkat sakit yang Saviera dan Isabella rasakan. Jikalau doa Ronadio menggantung di antara langit dan bumi, Ronadio memohon agar doa yang ia rapalkan tersebut dipermudah jalannya supaya lekas sampai pada Sang Maha Pengasih. Tangan lelaki dengan segenap dosanya tersebut tak lelah menengadah kepada Tuhan.
"Jangan larut dalam kesedihan seperti ini, Saviera tidak akan senang melihat lelaki tercintanya berlinang air mata menangisinya."
Ronadio menoleh kala mendengar suara seseorang, netranya langsung mendapati Lucas yang tengah berdiri di sampingnya, "Kenapa di sini?" tanya Ronadio dengan tatapan nanar
"Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Apa kamu sebegitu larutnya dalam kesedihan sampai tidak menyadari jika saya sudah beberapa jam duduk tidak jauh dari sini? saya menyaksikan secara nyata segala kesedihanmu."
Ronadio diam, ia tak berniat membalas ucapan Lucas, saat ini bicara pun rasanya sulit bagi Ronadio. Ia mengalihkan pandangannya ke arah kaca jendela besar di hadapannya kembali.
"Ron, saya tahu semua yang terjadi saat ini tentunya sangat menyesakkan untuk kamu, tapi dengan kamu larut dalam kesedihan tidak akan mengubah apapun. Kamu harus kuat serta tabah atas kondisi Saviera dan putrimu, kamu juga harus berlapang dada atas kepergian putramu. Dunia terus berputar, diperputaran dunia ini kamu harus selalu menunjukkan sisi terbaik dirimu, bukan keterpurukanmu seperti sekarang,"
"Dunia memang terus berputar, tapi perputaran dunia saya telah berhenti bersamaan dengan kejadian kemarin. Kejadian yang menuntun nyawa Saviera di pertengahan antara hidup dan mati, pula menyebabkan putra saya dipendam didasar bumi. Lantas, bagaimana cara hilangkan kesedihan atas semua yang terjadi kepada Saviera dan putri saya? bagaimana cara hilangkan kedukaan atas kepergian putra tercinta saya?"
Lucas membawa pandangannya mengikuti pandangan Ronadio, menatap Saviera yang berbaring di bed, serta Isabella yang berbaring di dalam inkubator, "Kamu lihat Saviera dan putrimu sedang berjuang kan? memberi semangat, cinta, kasih dan dukungan adalah hal yang harus kamu lakukan, itu juga cara ampuh untuk hilangkan kesedihan atas semua yang terjadi kepada Saviera dan putrimu. Saviera dan putrimu tidak butuh kesedihanmu, ketegaranmu lah yang saat ini sangat keduanya butuhkan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar Face
RomanceBagai keajaiban yang datang tak terduga, bagai bencana yang datang tak disangka. Begitulah pertemuan mereka, terjadi begitu tiba-tiba. Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing, semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail ole...