Burung-burung berterbangan, terpaan angin pagi menyapu daun kering yang berjatuhan. Di bawah sebuah pohon yang rindang, ada sepasang insan yang sedang berjalan beriringan. Pukul 06.15 waktu Italia, Saviera dan Ronadio sedang berjalan santai mengelilingi halaman rumah dengan penuh kebahagiaan. Raut wajah sepasang insan itu tidak bisa membantah perasaan yang sedang mereka rasa, raut wajah mereka memancarkan cinta yang begitu membeludak sampai ke cakrawala.
15 menit sudah Ronadio dan Saviera berjalan santai mengelilingi halaman rumah. Ronadio tak hentinya memindai keindahan suasana dan pemandangan rumah Saviera, karena memang letak rumah Saviera sangat luar biasa strategis. Rumah Saviera bergaya klasik, memiliki halaman yang rimbun dengan pepohonan, berbagai tanaman dan bunga. Rumah yang berada di sebuah cluster yang satu clusternya hanya dihuni oleh kurang lebih 10 rumah mewah, sangat exclusive dan tentunya expensive.
Ronadio menyesalkan satu hal, jika saja tidak ada hal menyesakkan di rumah ini dan di kota indah ini, mungkin Saviera tidak akan berniat pindah dari sini. Karena sejatinya, seindah, senyaman, dan seluar biasa apapun suatu tempat, jika sudah bercampur dengan hal menyesakkan maka saat menempatinya pun akan terasa berat. Ronadio paham betul bahwa Saviera membutuhkan ketenangan dari beberapa hal menyesakkan yang telah terlewatkan. Saviera membutuhkan tempat baru untuk membangun kebahagiaan.
Ronadio menatap Saviera di sampingnya, Saviera terlihat begitu menawan. Senyum manisnya, mata indahnya, keanggunannya, dan semua hal indah terlihat jelas pada dirinya, "You are so beautiful." ujar Ronadio dengan sangat lembut
Saviera yang sedang menatap lurus ke depan pun menoleh, ia balik menatap wajah rupawan lelakinya dan memberikan senyum termanisnya, "Thank you" balas Saviera, "Kamu ga bosan terus ucap kalimat itu berulang kali?"
"Ga akan ada bosannya, bahkan sampai titik darah penghabisan pun kalimat itu akan selalu aku ucap. Atau kamu yang bosan? kamu ga senang?"
"Mana ada perempuan yang ga senang dapat pujian dari lelaki tercintanya." Ronadio tersenyum mendengar ucapan Saviera, lalu ia membawa tangannya untuk mengelus punggung sang puan dengan penuh kelembutan.
"Cerita tentang masa kecil kamu dong, Ron. Kamu jarang banget cerita ke aku, selalu aku yang cerita. Padahal kan aku juga mau dengar cerita kamu, pasti seru." ucap Saviera
"Ga ada yang seru, Sa. Semua ceritaku membosankan. Mau cerita tentang masa kecil pun bingung apa yang mau diceritakan, masa kecil aku sangat menyedihkan"
"Kenapa menyedihkan?" Saviera memberhentikan langkahnya. Ronadio pun otomatis ikut berhenti, ia memandang wajah Saviera dan Saviera pun memandang wajahnya, "Kenapa? masa kecil kan masa-masa bahagia bersama kedua orang tua, apalagi dulu kamu ada Oxa, harusnya lebih membahagiakan." sambung Saviera
"Ga ada yang membahagiakan saat menjalani masa kecil tanpa kedua orang tua"
"Maksudnya?" Saviera bingung, ia berusaha mencerna apa yang Ronadio katakan
"Mama meninggal saat melahirkan aku dan Oxa ke dunia, Papa meninggal karena kecelakaan pesawat saat aku dan Oxa balita. Masa kecil aku dan Oxa sama sekali ga bahagia, masa kecil kita kelam, bahkan waktu kecil aku dan Oxa ga dibesarkan bersama. Aku dibesarkan keluarga Naresha, bisa dibilang kedua orang tua Naresha mengangkat aku sebagai anak, sedangkan Oxa dibesarkan keluarga angkatnya. Aku dan Oxa baru bisa tinggal satu rumah saat umur kita 17 tahun."
Saviera tersentak, ia memang tahu jika kedua orang tua Ronadio telah meninggal dunia, tetapi ia tak tahu jika kedua orang tua Ronadio meninggal dunia sejak Ronadio kecil. Bahkan Saviera pun baru mengetahui fakta bahwa Ronadio ternyata dibesarkan oleh keluarga Naresha. Perasaan Saviera tak karuan, ia membayangkan kehidupan lelakinya yang sangat kelabu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar Face
RomanceBagai keajaiban yang datang tak terduga, bagai bencana yang datang tak disangka. Begitulah pertemuan mereka, terjadi begitu tiba-tiba. Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing, semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail ole...