20

1.2K 139 42
                                    

Setelah mendengar cerita Saviera, Ronadio memandangi wajah Saviera dengan tatapan yang sulit di artikan, lalu ia menggenggam erat tangan Saviera. Saviera merasa sedikit terkejut

"Kamu perempuan kuat, perempuan tangguh, perempuan hebat" ucap Ronadio.

Ronadio mengecup beberapa saat tangan Saviera yang sedang ia genggam. Setelahnya, ia membawa tangan Saviera ke pipinya. Sesaat, Ronadio dan Saviera saling bertukar pandang tanpa suara

Tiba-tiba saja mata Ronadio kembali berkaca, tetes air mata turun membasahi pipinya. Saviera yang melihatnya tentu tidak tinggal diam, tangan Saviera bergerak membasuh air mata Ronadio

"Sorry sa" ucap Ronadio

"Stop say sorry, bukan salah kamu." Saviera menarik tangannya dari pipi Ronadio lalu mengelus punggung tangan Ronadio sesaat

"Ron" Saviera memanggil

"Hm?" sahut Ronadio

"Aku merasa ga asing dengan sorot mata orang yang tadi tusuk aku, orang yang aku tembak" ujar Saviera. Saviera masih penasaran dengan orang tersebut, rasanya benar-benar tak asing

"Menurut kamu siapa orangnya?"

"Aku ga tau, tapi sorot matanya persis sorot mata Danish. Aku hafal betul gimana sorot mata Danish, sorot mata orang tadi benar-benar mirip dengan Danish" penjelasan Saviera membuat kerutan dikening Ronadio timbul, Ronadio bingung

"Maksud kamu Danish orangnya? ga mungkin sa, Danish udah ga ada" balas Ronadio

"Aku ga tau, tapi memang orang tadi benar-benar mirip Danish, sampai ke perawakannya pun sekilas mirip" sahut Saviera

"Apa lagi yang kamu ingat tentang orang itu? suara mungkin?" tanya Ronadio

"Dia ga bersuara sedikitpun, hanya sorot mata dan perawakannya yang bisa aku amati. Selebihnya aku ga tau karena semua orang-orang tadi berpakaian tertutup" jawab Saviera

"Orang itu benar-benar mau buat kamu celaka sa, dia ga biarkan kamu bernafas lega. Orang itu selalu mengawasi kamu, bahkan tadi saat aku pergi dari rumah kamu dia pun tau"

"Iya— eh wait, dia tau saat kamu pergi dari rumahku dan dia menyebutkan nama kamu disurat, itu tandanya dia kenal kamu ron" Saviera menatap dalam Ronadio, Ronadio membalas

"Hm, sepertinya iya. Aku rasa kalau kita diamkan seperti ini terus orang itu ga akan berhenti, dia malah semakin menjadi. Secepatnya aku akan lapor polisi supaya kamu juga bisa lebih aman"

"Jangan lapor polisi dulu, aku udah cukup aman ada kamu yang lindungi aku walau kamu ga bisa selalu ada di samping aku" ujar Saviera

"Kalau begitu ayo kita menikah" ajak Ronadio

"Menikah?" Saviera tersentak

"Ya, dengan aku menikahi kamu aku akan bisa lebih leluasa melindungi kamu dan aku bisa dua puluh empat jam selalu disisi kamu"

"Melindungi ga harus dengan menikahi"

"Tapi menikahi adalah cara melindungi yang paling tepat" Ronadio menatap lekat Saviera

"Kita ga memiliki perasaan satu sama lain, ga mungkin tiba-tiba menikah. menikah itu bukan permainan, tapi menyangkut masa depan"

"Ga ada yang mengatakan jika ajakanku menikah adalah sebuah permainan" ucap Ronadio. Saviera diam tak bersuara, ia menatap lekat kedua bola mata hitam pekat Ronadio. Saviera tak habis pikir dengan mudahnya Ronadio mengajaknya menikah

"Dan soal perasaan, ada rasa cinta yang aku rasakan didalam diriku untuk kamu Saviera" ungkapan Ronadio mengejutkan Saviera. Rasa cinta? apa mungkin semudah itu Ronadio memiliki rasa cinta terhadap Saviera? sangat mustahil

Similar FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang