Sesuai yang Saviera katakan, tadi pagi pada pukul 06.00, Saviera dan Ronadio melakukan flight ke Italia. Flight kali ini berbeda, kemanapun Saviera pergi biasanya ia selalu flight menggunakan private jet milik sang ayah, tetapi saat ini ia menggunakan private jet sang lelaki tercintanya, Ronadio. Ronadio yang meminta.
Tak terasa, private jet sudah mengudara begitu lama, menempuh jarak Indonesia-Italia yang sangat menguras waktu. Sampai akhirnya, tersisa 5 menit lagi sebelum private jet milik Ronadio melandas pada bandar udara terbesar di Italia. Bandar udara Fiumicino-Leonardo da Vinci, yang berjarak 30 kilometer di selatan Roma.
Ronadio memandangi perempuannya yang duduk tepat di seat sebelahnya, ia memandangi Saviera yang begitu fokus dengan ipad ditangannya. Sudah 40 menit Saviera terus berkutik dengan ipad. Ronadio memperhatikan Saviera yang membuka handphone dan mematikan airplane mode, terlihat ada beberapa panggilan masuk dari handphone Saviera, lebih dari sepuluh panggilan.
Tepat saat private jet melandas sempurna di bandar udara, panggilan kembali masuk dan Saviera pun mengangkatnya. Walau Ronadio tak tahu apa yang Saviera bicarakan dalam sambungan telepon, Ronadio yakin sambungan telepon yang terus Saviera dapati bersumber dari staff Quello di Vier. Saviera dan orang dalam sambungan saling melontar kata menggunakan bahasa Italia, bahasa yang menurut Ronadio sulit untuk dipahami.
Tak lama, Saviera pun mematikan sambungan. Setelah bermonolog dengan seseorang dalam sambungan, wajah Saviera langsung memancarkan raut kegelisahan. Ronadio yang menyadari akan kegelisahan yang Saviera rasakan pun mengelus lembut tangan sang puan, berusaha menenangkan lewat sentuhan. Ronadio tidak ingin lebih dulu bertanya apa yang terjadi, ia ingin Saviera yang lebih dulu berbagi cerita kepadanya
Beberapa saat Saviera sibuk memindai handphone, ia lalu menolehkan pandangannya pada Ronadio yang juga sedang memandangnya. Dengan gerakan selembut sutra, Saviera menggenggam sebelah tangan Ronadio yang sedang mengelus tangannya, ia letakan genggaman tangan itu pada pipinya, lalu ia memejamkan mata. Saviera menarik nafas panjang dan membuangnya secara perlahan, ia sedang berusaha menenangkan diri.
"Aku gelisah, Ron" ucap lembut Saviera
"Aku bisa lihat kegelisahan kamu" sahut Ronadio
Saviera membuka mata, ia menatap mata tajam Ronadio yang juga sedang menatapnya, "Waktu di hotel aku udah cerita ke kamu tentang problem yang terjadi di Quello di Vier Italy kan?" tanya Saviera. Ronadio menjawab dengan anggukan.
Saviera memang telah menceritakan tentang problem yang terjadi di Quello di Vier Italia kepada Ronadio. Menurut Ronadio, problem tersebut merupakan problem yang cukup rumit. Saviera menceritakan kepada Ronadio bahwa kemarin ada salah satu pelanggan lelaki yang tiba-tiba tidak sadarkan diri saat sedang makan di Italian Resto milik Saviera di Quello di Vier Italia
Salah seorang pelanggan perempuan yang datang bersama pelanggan lelaki tersebut berkata bahwa sang pelanggan lelaki tidak sadarkan diri saat sedang mengonsumsi pasta yang dipesan, sang pelanggan perempuan berspekulasi bahwa pelanggan lelaki tersebut mengalami keracunan makanan, ia menyalahkan Quello di Vier atas apa yang terjadi pada pelanggan lelaki.
"Problem itu semakin runyam." lirih Saviera
"Semakin runyam?" tanya Ronadio. Saviera mengangguk sebagai jawaban. Ronadio pun bertanya kembali, "Kenapa memangnya?"
"Pelanggan lelaki yang memesan dan memakan pasta di Quello di Vier passed away."
"Really?" Ronadio membolakan mata terkejut
"Really, sekarang Quello di Vier ditutup dan dipasang police line," Saviera menyerahkan handpone-nya kepada Ronadio, pada handphone tersebut terdapat potret Quello di Vier yang sudah terpasang police line dan ada beberapa polisi yang berjaga di sekitarnya. "Quello di Vier dituntut sebagai resto yang bertanggung jawab penuh atas meninggalnya lelaki tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar Face
RomanceBagai keajaiban yang datang tak terduga, bagai bencana yang datang tak disangka. Begitulah pertemuan mereka, terjadi begitu tiba-tiba. Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing, semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail ole...