35

1.6K 158 37
                                    

Waktu begitu cepat berlalu, bagai air sungai yang terus mengalir tanpa henti. Sore sudah berganti malam, matahari sudah terbenam ke ujung barat, jam dinding menunjukkan pukul 18. 35. Pada malam hari yang begitu damai ini, tepat dimana event kantor Ronadio diselenggarakan. Setelah begitu hectic mengurus segala persiapan, akhirnya puncaknya telah menanti didepan mata.

Ronadio sudah rapi dengan pakaian formal yang melekat ditubuh gagahnya, ia mengenakan setelan jas berwarna hitam yang didalamnya dipadukan kemeja dan tuxedo senada, tak lupa pantofel yang terpasang dikakinya. Tak ada hari dimana Ronadio tak berpakaian rapi, Ronadio adalah lelaki metroseksual, ia sangat memperhatikan hal sekecil apapun untuk kepentingan penampilannya.

Saat ini Ronadio sedang duduk manis di ruang tamu, menunggu sang pujaan hati bersolek untuk ikut mendampinginya di event. Sesaat kemudian, ada tangan yang mengelus lembut pundak Ronadio, mengalihkan fokus Ronadio yang sedang menatap handphone. Ronadio menoleh, ia diam untuk beberapa saat. Ronadio terpukau menatap tampilan Saviera yang sangat anggun dan menawan dengan dress hitam mewah, hijab senada yang diikat rapi dileher jenjangnya, serta heels dan tas sebagai pelengkap penampilannya.

Saviera menatap balik Ronadio yang sedang menatapnya, "Penampilan aku aneh?" Saviera terlihat tidak percaya diri, ia bertanya seperti itu karena merasa heran dengan Ronadio yang menatapnya tak berkedip

"Iya, aneh" jawaban Ronadio membuat Saviera semakin tidak percaya diri

"Aneh apanya? make up-nya terlalu too much? atau dress-nya kurang cocok ditubuh aku?" Ronadio menggeleng menanggapi pertanyaan Saviera. "Terus kenapa?" tanya Saviera kembali

"Aneh karena penampilan kamu selalu cantik, aku beruntung memiliki istri se-cantik kamu. Menikah dengan kamu adalah sebuah pencapaian dan anugerah terbesar dalam hidup aku, ga ada lelahnya aku mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan." Ronadio berucap dramatis

"Setiap kalimat yang keluar dari mulut kamu itu sangat dramatis" Saviera tersenyum, "Dari luar kelihatan macho, cool, tapi kalau udah bicara sama aku hiperbola banget." Saviera menahan tawa

Ronadio memicing pada Saviera, lalu ia bangkit dari sofa dan berdiri dihadapan Saviera. Ia memegang kedua pundak perempuan cantiknya, "Sangat dramatis? hiperbola?" tanya Ronadio

"Hm" Saviera berdehem sambil mengangguk

"Biar aja dramatis dan hiperbola, justru dengan aku dramatis dan hiperbola dihadapan kamu bisa buat kamu semakin jatuh cinta dan tergila-gila dengan aku" ujar Ronadio sambil memberikan senyum menggoda. Seperti biasa, kedua pipi Saviera merona secepat kilat

"Ga juga ah" Saviera mengelak, padahal hatinya sudah berdebar begitu kencang

Wajah merona Saviera tentu dapat Ronadio lihat dengan jelas, Ronadio tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya, "Ucapan dan reaksi dari dalam diri memang terkadang ga singkron ya"

Cup.. cup..

Dengan tiba-tiba, Ronadio menempelkan bibirnya pada kedua pipi Saviera yang merona. Ronadio mengecup lembut pipi perempuan cantik pujaan hatinya dengan penuh cinta

"Ronn" Saviera dengan cepat menutup kedua pipinya yang tambah bersemu akibat kecupan Ronadio, ia menutup pipinya dengan telapak tangan. Ronadio benar-benar penggoda, ia sangat handal membuat pipi Saviera bersemu

"Udah beberapa bulan kita menikah, kamu kenapa masih selalu bersemu kalau aku goda? hahaha" Ronadio tertawa geli

"Tertawa aja sepuas kamu." Setelah berucap itu, Saviera menyingkirkan kedua tangan Ronadio di pundaknya. Saviera lalu meninggalkan Ronadio begitu saja, ia berjalan ke luar rumah untuk menghampiri mobil yang sudah siap di halaman

Similar FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang