27

1.2K 146 41
                                    

Pukul 07.00, Saviera dan Ronadio telah berada di ruang makan, mereka melakukan sarapan bersama. Selama sarapan berlangsung hanya dentingan piring dan sendok yang terdengar.

30 menit berlalu, sarapan pun selesai. Ronadio mengajak Saviera untuk duduk di taman, Saviera pun menerima ajakan Ronadio. Mereka berdua melangkahkan kaki menuju taman

Setelah sampai area taman, Ronadio dan Saviera mendudukan diri disatu kursi panjang yang sama, mereka duduk bersejajar. Ronadio menatap Saviera yang berada disampingnya

"Perut kamu gimana?" tanya Ronadio

"Baik, kan udah kamu obati" jawab Saviera

"Boleh juga ya aku jadi dokter, aku siap jadi dokter pribadi kamu" ucap Ronadio

"Mana bisa gitu, aku ga mau dirawat sama dokter amatir. Hahaha.." ujar Saviera sambil tertawa renyah. Ronadio pun ikut tertawa bersama Saviera.

"Untung semalam ada Lucas ya, maaf aku tinggalkan kamu tiba-tiba, Sa" ucap Ronadio. Ia tiba-tiba teringat kejadian tadi malam

"Kalau kamu ga tiba-tiba tinggalkan aku yang ada Pak Dirga berhasil kabur semalam" sahut Saviera. Ronadio mengangguk, ia membenarkan apa yang Saviera ucapkan.

"Aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya apa?"

"Lucas betul cuma teman kamu?" Kening Saviera berkerut, bingung dengan pertanyaan Ronadio

"Iya, kenapa kamu tanya gitu?" balas Saviera

"Aku merasa sikap dia aneh, cara dia lihat aku kaya lihat musuh" jawab Ronadio

"Dia jealous kali sama kamu" ucap Saviera

"Jealous kenapa? dia mantan kamu?"

"Bukan mantan, beberapa bulan lalu dia mengungkapkan perasaannya ke aku, tapi aku tolak dengan alasan aku ga mau menjalin hubungan dengan siapapun. Eh semalam tiba-tiba ada yang memperkenalkan diri sebagai suami aku, ya dia kebakaran jenggot lah," jelas Saviera

"Oh pantas aja, tapi kenapa kamu tolak? padahal kan Lucas tampan, dia juga kelihatannya mapan, aku lihat ga ada celah sedikitpun dari dia"

"Cinta ga bisa dipaksakan, Ron."

Ronadio tersenyum getir. Benar memang yang dikatakan Saviera, cinta tak bisa dipaksakan. Bahkan Ronadio pun belum tahu saat ini Saviera telah mencintainya atau belum. Setelahnya, hanya keheningan yang menyelimuti mereka

"Ohya, aku dapat kabar dari Pak David katanya Pak Dirga udah mengaku kalau memang dia yang selama ini memberi ancaman dan celakai kamu" ucap Ronadio memecah keheningan

"Hm, syukur kalau gitu" balas Saviera.

Saviera menoleh, ia menatap lekat wajah Ronadio. Wajah lelaki yang beberapa waktu ini selalu ada disampingnya, lelaki yang selalu mementingkan keamanannya diatas segalanya.

Ronadio pun ikut menoleh, menatap lekat wajah perempuan cantik dambaannya, perempuan yang beberapa waktu ini tinggal satu atap dengannya, perempuan yang ia cintai sepenuh hati

"Apa kamu udah mencintai aku, Sa?" tanya Ronadio dengan suara lembutnya. Saviera diam beberapa saat sampai akhirnya ia menggeleng. Ronadio tersenyum, lalu memalingkan wajah

"Seperti yang kita bicarakan sebelum pernikahan dilaksanakan, sekarang kondisi kamu udah aman dan semua ancaman-ancaman itu udah hilang, jadi saat ini keputusan ada ditangan kamu,"

"Kalau kamu mau, kamu bisa tetap disampingku. Tapi kalau kamu ga mau, kamu bisa pergi dari hidup aku dan akupun akan pergi jauh dari hidup kamu. Aku ga akan ganggu kamu selamanya"

Similar FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang