Di malam hari yang sunyi ini, pukul 19.00, Mobil Ronadio sedang melaju dengan kecepatan seratus dua puluh kilometer per jam. Tujuan Ronadio sekarang adalah rumah Saviera.
Tadi, pada saat Ronadio baru saja selesai melaksanakan meeting di kantor, handphonenya berdering. Bu Hera menghubungi Ronadio jika terjadi sesuatu dengan Saviera.
Tentu saja Ronadio langsung meninggalkan kantor dan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi untuk menuju rumah Saviera. Entah kenapa, Ronadio merasa khawatir dengan Saviera.
Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya mobil Ronadio sampai di area rumah Saviera. Ronadio melihat ada beberapa jurnalis dan wartawan yang sedang berada di depan gerbang rumah Saviera.
Ronadio dengan sigap menghubungi orang suruhannya untuk mengatasi para jurnalis dan wartawan tersebut. Menurutnya, para jurnalis dan wartawan sudah terlalu berlebihan.
Beberapa saat kemudian, mobil Ronadio pun memasuki pekarangan rumah Saviera. Ronadio memarkirkan mobilnya dan segera keluar mobil lalu ia berjalan menuju pintu utama.
TING.. TONG..
Suara bel terdengar saat Ronadio menekan bel tersebut. Tak membutuhkan waktu lama, pintu pun terbuka menampilkan Bu Hera.
"Bu Hera, Saviera kenapa?" tanya Ronadio.
"Saya juga kurang paham kejadiannya bagaimana, tapi tangan Non Savier luka. Lebih baik Pak Ronadio temui Non Savier agar Non Savier cerita detailnya bagaimana." jelas Bu Hera
"Saviera-nya di mana?"
"Non Savier selalu di rooftop kalau malam, Pak, Bapak langsung ke sana saja." ujar Bu Hera. Ronadio pun menganggukan kepala dan segera menuju rooftop.
Tak lama, Ronadio telah sampai di rooftop. Ia mendapati Saviera sedang duduk bersandar di sofa dengan pandangan yang mengarah ke langit. Saviera sedang menatap bulan.
"Kenapa ga hubungi aku? Kemarin padahal aku udah bilang kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku," ucap Ronadio sembari membawa langkahnya mendekati Saviera. Ia mengarahkan tubuhnya duduk tepat di samping Saviera.
"Aku ga mau ganggu kamu. Lagian, ga ada apa-apa juga." balas Saviera dengan pandangan yang tetap menatap terang bulan.
"Ga ada apa-apa gimana? Bu Hera kasih kabar tentang kondisi kamu ke aku. Untung kemarin aku kasih nomorku ke Bu Hera. Aku udah ada feeling kalau kamu ga akan kabari aku tentang hal-hal kaya gini," ujar Ronadio, "Itu kenapa tangannya bisa luka?" sambungnya bertanya. Ia mengamati pergelangan tangan Saviera yang terlihat membengkak dan luka, entah karena apa.
"Ada mobil yang serempet aku waktu aku keluar Quello di Vier dan mau ke seberang jalan ambil mobil. Untungnya aku bisa menghindar, jadi syukur, tanganku aja yang keserempet." jelas Saviera.
"Kamu lihat plat nomor mobilnya?"
"Ga ada plat nomornya."
"Kenapa juga mobil kamu ditaruh di seberang jalan?" tanya Ronadio.
"Parkiran Quello di Vier penuh, terus aku numpang taruh di butik seberang jalan." ujar Saviera. Ronadio hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Beberapa saat hening di antara mereka. Ronadio ikut menyandarkan tubuhnya di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Similar Face
RomantizmBagai keajaiban yang datang tak terduga, bagai bencana yang datang tak disangka. Begitulah pertemuan mereka, terjadi begitu tiba-tiba. Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing, semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail ole...