Critical

148 22 18
                                    

Mendadak mobil melewati deretan bangunan yang di penuhi asap tebal, aku yang penasaran segera berdiri, melihat lebih langsung.

Apa kota benar-benar sudah berubah seperti ini?

tidak pernah sekalipun terlintas dalam benakku kalau semua ini akan terjadi.

Dari ujung mataku, terlihat ada sesuatu yang tampaknya mendekat. Aku menoleh,

melihat itu tanganku memukul atap mobil cepat.

"Cepat!!!"
perintahku panik.

Mereka yang awalnya diam-diam saja, langsung kaget mendengar kepanikan ku.

"Ada apa---"
Shaka berdiri, namun ucapannya terpotong saat suara klakson berbunyi.

TIT!!!!

Mereka menoleh kompak, melihat sebuah truk yang akan menabrak, tapi karena Adam terlambat menyadari, truk itu langsung menabrak samping mobil.

BRAK!!!!

PRANG!!!

BRAK!!

Mobil terbalik kami bertiga terpental jauh sedangkan Alex dan Adam kini terjebak didalam mobil.

DHUAR!!!

Truk meledak hebat,

nging!!!!

percikan api kini mulai merambat ke bangunan-bangunan lain, bahkan ke bensin yang bocor dari mobil.

"Adam! Alex!!"
Shaka berseru memanggil, dia berdiri segera membantu mereka.

Aku bangkit, seluruh tubuhku rasanya remuk.

"Harin?..."
panggilku tidak melihat keberadaannya.

"Harin!---"

DHUAR!!!

Salah satu bangunan meledak, membuat beberapa puing-puing bangunan kini terjatuh.

Bersamaan dengan itu aku melihat Harin yang pingsan, tepat dibawah puing-puing yang siap menghantamnya.

"Tidak!!"
tanpa pikir panjang, aku berlari. Melindungi tubuh Harin, dengan tubuhku sendiri.

Brak!

Brak!

Punggungku terhantam keras puing-puing itu.

Tanganku gemetar mulai terasa lemah.

Brak!!

Brak!!

Hantaman yang lebih keras terjadi, aku hampir saja terjatuh menimpa Harin, tapi ku tahan.

Tes!

Tes!

Darah keluar dari hidungku, menetes mengotori seragam Harin.

Harin membuka mata perlahan, dia terbelalak, melihat Lily yang sekarang mengeluarkan darah dari hidungnya.

Pandangan mereka bertemu, Harin bisa melihat jelas manik mata Lily berubah memerah disertai air yang mulai membendung matanya.

Brak!

Satu puing batu, kembali menghantam punggung Lily. Harin menutup matanya, menghindari debu yang bisa saja masuk ke mata.

Tes!

Tes!

Tetesan darah, air mata, dan keringat Lily jatuh bersamaan.

Napas Harin tersengal hebat
"Lily..."

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang