Lift

126 18 6
                                    

GRAAAA!!!!!

Zombie 3, melompat.

"Hak!"

sebelum menangkap tubuhku, Harin lebih dulu menendang tubuh zombie dari samping.

Krat!

Lidahnya yang berlendir sekaligus lengket, mulai melingkar di pegangan tangga.

"Ayo Harin!"
seruku.

Kami beranjak berdiri, berlari memutari tangga.

Krat!

Krat!

Tubuhnya kembali merayap didinding begitu mudahnya.

"Huh... huh..."

ditengah napas yang saling bersahut-sahutan.

GRAAAAAAAAA!!!!!

Zombie mengerang keras, mendadak gedung bergetar hebat.

Grep!

Aku berpegangan pada sisi tangga, menyeimbangkan diri.

DRAP!! DRAP!!! DRAP!!!

Derap begitu cepat terdengar dari atas.

Kemungkinan besar...

zombie memanggil kawanannya yang lain.

Grep!

Harin refleks mencengkram pergelangan tanganku. Menariknya kembali, membawa ke sebuah pintu penghubung lorong panjang.

Drrk!

Pintu di tutup, Harin menguncinya cepat.

Kami terus berlari sampai menemukan sebuah lift yang tampaknya masih berfungsi.

Kaki jeli ku melangkah lebar, membuat Harin tertinggal dibelakang.

.
.
.

Ding!

Pintu lift terbuka, aku bergegas masuk.

"Cepat!!"
seruku tergesa.

Harin berhasil masuk, napasnya berderu dengan debu yang berterbangan.

Ku tekan lantai atas, tetapi pintu sama sekali tidak mau tertutup.

"Kenapa!..."
nadaku menekan, masih berusaha menutup pintu lift.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Untuk kesekian-sekian kalinya, pintu berhasil di dobrak.
Namun lift masih terbuka seolah membiarkan kami untuk mati di makan zombie.

DRAP!!!! DRAP!!! DRAP!!!

Zombie 1, berlari cepat. Kuku-kuku panjangnya sesekali terayun.

Brak!

Saking tersulut emosinya, aku menendang lift keras.

Ding!

Entah keberuntungan apa, pintu lift tertutup.

GRAAAAA!!!!!

Erangan terdengar keras didepan pintu, sebelum akhirnya lift mulai membawa kami naik.

Namun sebelum sampai di lantai atas, lampu lift berkedip cepat.

Ptaz!

Drt!

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang