Not Enough

114 21 7
                                    

"Hng..."
aku membuka mata perlahan, samar-samar ku lihat Shaka yang masih menyetir.

Mataku terbuka lebar, namun dengan punggung yang masih bersandar.

"Pagi"
sapa Shaka.

Aku menatap matanya dari pantulan spion.
"Apa Adam dan Alex memang jahat?"
tanyaku teringat akan kejadian kemarin.

"... Aku tidak tau",
Shaka masih ragu untuk mengatakan jika Alex dan Adam telah berubah.
"tapi, aku yakin mereka baik"

Shaka mencoba positif thinking, mungkin aku juga harus membuang pikiran tentang hal itu.

"Maaf..."
suara Harin terdengar, aku menoleh melihatnya yang kini tengah mengigau.

Dahinya berkerut, seolah bermimpi buruk.

"Harin..."
aku membangunkan.

"Akh!"
kagetnya.

"Maaf... maaf"
aku merasa tidak enak membuatnya kaget seperti itu.

"Huh..."
napasnya berhembus panjang.
"tidak papa"

"Kenapa Harin?"
tanya Shaka.

"Tidak ada"
gelengnya.

Shaka tampak mengambil sesuatu
"Minumlah"
sodor nya.

Harin menerimanya, segera meneguk air didalam botol.

Dia menutup kembali botolnya, lalu membalas tatapanku.
"Kau mau minum juga?"
tawarnya datar.

"... Tidak"
gelengku.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
tanya Harin to the point.

Apa aku harus mengatakannya?...

tapi aku malu...

"Tidak ada... lupakan saja"
tepis ku, langsung mengalihkan pandangan ke langit pagi yang cerah.

Aku ingin mengajak Harin menjadi seorang teman, tapi mengingat dia masih menaruh dendam. Mungkin akan jadi hal yang memalukan, jika aku mengatakannya.

Mobil mulai melambat, bisa ku lihat sebuah gerbang bertuliskan

RUMAH SAKIT PELINDUNG

"Kita sampai"
lontarku lirih.

Mobil masuk kedalam halamannya, mulai terparkir rapi.

"Ayo turun"
Shaka keluar lebih dulu.

"... Kita sudah sampai?"
tanya ayah.

"Ya ayah, ayo turun"
angguk ku.

.
.
.

Aku menatap gedung lekat, namun ada beberapa hal yang aneh...

kenapa isi didalam gedungnya seolah tidak pernah tersentuh zombie, bahkan halamannya pun masih dalam kondisi baik-baik saja.

"Lily!!"
panggil seseorang.

Aku menoleh, mencari di setiap jendelanya. Siapa yang memanggilku.

"Disana Ly"
tunjuk Shaka.

Ku tatap arah yang di tunjuknya, walau gelap aku bisa melihat seseorang yang tengah melambai padaku.

Tapi, jika semakin di perhatikan aku tau siapa dia.

"Maya..."
ucapku lirih.

Rasa antusias melihat Maya mulai datang, aku melambaikan tangan, bersiap akan memanggil.

"Jangan!"
cegah ayah, tidak mau jika ada zombie di luar sana terpancing datang.

"Kalau begitu ayo masuk"
ajak ku langsung.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang