Gripping

133 20 8
                                    

Sore itu, aku berjalan menyusuri hawa dingin yang entah kenapa mulai datang.

"Harin apa kau merasa dingin?"
tanyaku memecah keheningan.

"Ya,"
angguknya singkat.
"mungkin karena baju kita yang habis basah?".

Pikir Harin yang ada benarnya juga.

Brum!

Srt!

Sebuah mobil berhenti tepat dihadapan kami.

Kaca mobil terbuka, memperlihatkan dua orang pria berkumis tengah menatap kami.

"Kalian mau pergi kemana?"
katanya.

Aku dan Harin saling pandang,  menyalurkan pendapat melalui tatapan.

Harin kembali menatap kearahnya
"... Kami ingin ke depan"
beritahu Harin.

"Kebetulan sekali, kalian bisa menumpang bersama kami".
Ajaknya tentu saja dengan tatapan bermaksud jahat.

Aku dan Harin masuk kedalam mobil, dengan rasa waspada yang kami sembunyikan.

Mobil mulai melaju pelan.

"Kenapa baju kalian terlihat basah?"
tanya si pengemudi menatap dari spion, tepatnya menatap dada Harin.

Dengan rasa malas
"... Kami baru saja melintasi sungai"
jawabku.

"Kasian sekali"
temannya mulai menyela memampangkan wajah sok iba nya.

Aku diam saja tidak merespon apapun, mulai malas mengeluarkan semua kata hanya untuk berbasa-basi dengan orang mesum.

Perempatan terlihat.
"Bisakah kau lurus saja?"
pinta Harin.

Namun bukannya lurus, mobil justru berbelok kearah kanan.

"Kenapa buru-buru sekali, kita bisa jalan-jalan sebentar"
temannya menatap Harin lekat.

Mata Harin berkedut, tidak mengatakan apapun.

"kau penurut juga"
kekehnya.

Harin menatap ke arahku, saat inilah aku langsung memberikan kode padanya.

Dalam hitungan detik aku dan Harin langsung menodongkan pistol.

"Hei apa-apaan kalian!"
pengemudi tampak panik.

"Berhenti, atau mati?"
kataku.

"Tidak semudah itu!"
temannya berbalik hendak menyerang menggunakan belati.

Dor!

Cprat!

Darah terciprat ke wajahku, Harin berhasil menembaknya sebelum dia menyerang.

"Hei!!".
Pengemudi menatap temannya panik.

"Hentikan mobilnya"
tekanku.

"Ba--baiklah".

Mobil berhenti di tengah jalan.
"Turun"
usir ku.

Dia membuka pintu, dengan salah satu tangan terangkat. Kakinya melangkah keluar begitu gemetar.

Aku pindah ke jog depan.

"Bagaimana denganku?".
Tanyanya tidak mau di tinggal.

Aku menghela napas sejenak
"...Maaf".

Dor!

Peluru menembus cepat di kepalanya, seketika Harin langsung bertepuk tangan lirih.

"Mengagumkan".

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang