Kejar

135 22 8
                                    

Mobil tengah melaju normal, disaat itu seorang gadis kecil tengah duduk di jog belakang merangkul sebuah boneka.

"Lily..."
panggil seorang wanita, yang tidak lain ada Arabella, ibu Lily.

"Iya ma?"
jawab Lily yang masih berusia 4 tahun.

"Apa kau senang kita akan pergi ke pantai?"
tanyanya dengan senyuman lebar.

"Iya ma... sudah lama aku tidak pernah ke pantai"
bahagia Lily, senyuman merekah terus terlukis di wajahnya.

"Haha".
Dia tertawa kecil, melihat anaknya begitu bahagia.

Mereka kembali melihat jalanan kota yang begitu indah, sampai di perempatan, tiang lampu sudah berwarna hijau. Jones terus menjalankan mobilnya, sampai tidak sadar kalau dari arah kiri ada sebuah bus yang kehilangan kendali.

"Jones!!!".
Teriak Bella.

Lily menoleh, melihat bus yang semakin lama mulai mendekat, dan lebih mendekat.

BRAK!!!!!!

Kecelakaan terjadi, tubuh Lily terpental keluar karena jendela yang masih terbuka.

Brak!

Mobil terbalik, dengan sisa kesadarannya walau tubuh sudah terluka. Lily berdiri, dengan tangan yang masih memeluk boneka, menatap kedua orang taunya kini telah pingsan.

Beberapa pengendara berbondong untuk menyelematkan mereka, Jones berhasil di keluarkan.

Namun saat mereka akan membantu Bella.

DHUAR!!!!!!!

Mobil meledak, membakar mobil bersama dengan Bella di dalamnya.

"Huh... huh..."
napas Lily tersendat hebat, matanya terus terkena pancaran cahaya api yang panas.

DHUAR!!!!!!!

Mobil kembali meledak, menghancurkan setiap bagian-bagian mobil.

"Nak!"
seorang wanita, langsung menggendong tubuh Lily, membawanya pergi menjauh dari tempat kejadian.

"Ibu...".

***

"Lily"

"Hah!"
aku tersentak kaget, saat Harin membangunkan ku.

Keringatku bercucuran deras.

"Kau mimpi buruk"
tebak Harin.

"Ya..."
aku menyeka keringat, dengan ujung lengan jaketku.

"Oh ya, ini pakailah,"
Harin menyodorkan jaket berwarna hitam.
"bukannya jaket mu sudah robek"
Harin melirik ke lengan jaketku.

"Iya"
aku menerimanya, segera memakai jaket ini.
"kau mengambilnya darimana?"
tanyaku.

"Aku mengambilnya di lemari kamar, ini hangat cocok untuk kita..."
tangannya terulur.
"ayo kita harus pergi, yang lain sudah menunggu".

Grep!

Aku menerima uluran tangannya, berjalan bersama keluar dari rumah.

.
.
.

Tepat di depan rumah, netraku menangkap sebuah mobil pick up berwarna hitam tengah terparkir. Dengan Shaka yang sudah menunggu.

"Cepatlah".
Serunya.

Kami mempercepat langkah.

.
.
.

Aku merilekskan kaki, sembari menunggu mobil berjalan.

Brak!

Shaka menutup pintunya, lalu memberi isyarat pada Alex.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang