Video

145 21 7
                                    

03:40

Shaka terbangun dari tidurnya, matanya beredar ke sekitar. Sudah tidak melihat ada Alex maupun Adam.

"Dimana mereka?"
Shaka merapikan sedikit rambutnya, berjalan mencari keberadaan mereka.

.
.
.

"Sudah ku pastikan kalau Harin akan menjadi aset penting kita"

"Ya kau benar, dengan Harin... kita bisa membuat semua markas tentara hancur"
Adam menyudutkan bibirnya.

"Tapi untuk itu, kita harus menghasut Lily lebih dulu. Karena Harin akan pergi jika Lily mau ikut"
pikir Alex.

"Itu benar sekali, apapun caranya usahakan kau terus menghasutnya"
setuju Adam.

"Aku tidak sabar menunggu markas tentara hancur menjadi abu".
Alex meremas tangannya, seolah sedang memperlihatkan kehancuran.

"Dan--"
Adam akan kembali mengatakan sesuatu, namun ia terhenti saat melihat Shaka tengah mendengarkan sedari tadi, dengan tatapan sinisnya.

"--Shaka kau disini?"
Adam tanpa gugup bertanya.

Shaka mendekat
"Apa maksud kalian tadi?"

"Apa kau mendengar semuanya?"
dahi Alex mengerut, tangannya menepuk bahu Shaka.
"jika kau mendengarnya... semua itu memang benar"

Tep!

Shaka menepis tangan Alex begitu saja.
"Yang kalian lakukan salah... kalian memanfaatkan mereka berdua untuk menghancurkan markas tentara?"

"Kau tidak tau Shaka. Kami sangat membutuhkan mereka"
tekan Adam.

"Cih"
Shaka memutar bola matanya malas.
"aku jadi bingung. Sebenarnya yang salah mereka berdua, atau kalian berdua"

"Tentu saja kita semua salah Shaka... tergantung sudut pandang mu saja"
Adam menyilangkan lengannya.

Shaka terdiam wajahnya tampak sedang memikirkan sesuatu.
"... Kalian pasti bukanlah polisi, siapa kalian?"

Alex dan Adam saling pandang sekilas.

"Maaf Shaka, kami telah membohongimu"
perkataan Alex sudah jelas membuktikan kalau mereka bukanlah polisi yang Shaka pikirkan.
"kami teroris"
lanjutnya.

Deg!

Shaka terperangah kaget, semua momen asrama mereka dulu langsung hilang begitu saja.

"Kami awalnya memang ingin bekerja di kepolisian Shaka, seperti mu. Tapi setelah di pikir-pikir, menjadi teroris untuk menghancurkan semuanya itu lebih baik"
kekeh Adam tanpa rasa bersalah.

"Ya, dan untuk saat ini bisakah kau tutup mulut"
Alex memberikan tatapan tajam.
"kita sahabat kan"
dia sengaja menekan kata sahabat, menghasut Shaka untuk tutup mulut.

***

Pagi menyingsing, aku terbangun merasakan suhu tubuh panas.

"Mungkin ini yang dimaksud suster itu"
ku letakkan punggung tangan di dahi.

"Pagi Lily"
sapa Harin yang baru saja kembali dari luar.

"Darimana kau?"

"Ah! hanya pergi berkeliling saja"
jawabnya terlihat berbohong.

Ku perhatikan sedikit wajahnya.

"kenapa apa kau tidak percaya padaku?"
Harin berjalan mendekat, ingin mengambil botol minum.

Saat itu aku mencium aroma rokok.

"Kau baru saja merokok kan?"
cecarku.

Harin seketika tersenyum.
"Penciumanmu hebat juga"
dia meneguk beberapa air.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang