Death Bond

120 22 7
                                    

GRAAAAAA!!!!!!!!!

Erangan keras saling menyahut satu sama lain.

"Rasanya aku akan mati"
ucap Becca.

"Jangan pikirkan hal bodoh, kini tinggal kita semua yang tersisa, kita tetap harus bertahan"
aku menguatkan, walau hatiku sendiri turut merasakan hal yang sama.

"Ayah... kelemahan mereka ada di mulut"
beritahu ku.

"Baiklah".
Angguknya mengerti.

Aku menatap sekilas kearah Samuel dimana dia mulai bersandar di dinding, bersiap menyaksikan pertarungan.

DRAP!!!!

DRAP!!!

DRAP!!!

4 zombie berlari mendekat dalam waktu yang bersamaan.

Lidah mereka terjulur bersiap akan menyerang.

Dor!

Sedikit lagi peluruku akan melesat ke mulutnya, zombie justru menarik senapanku.

"Sial!"
aku berusaha merebutnya.

Ctak!

Senapan di patahkan menjadi 2 dengan lilitan lidahnya.

Karena kurang fokus, salah satu zombie 3 melilit tubuhku erat.

"Akh!"
ronta ku, terus menggeliat.

Grep!...

Lilitannya semakin erat, kali ini aku sadar, respon lidahnya akan bereaksi jika aku panik dan terlalu banyak bergerak.

Jadi ku putuskan untuk diam, menangkan diri dengan menarik dan membuang napas perlahan.

Tidak membutuhkan waktu lama, lilitannya perlahan mulai terasa melonggar.

Refleks aku melepaskan diri, tidak mau membuang kesempatan ini.

GRAAAA!!!!!!!

Zombie mengerang marah, karena aku berhasil terbebas.

BRAK!

BRAK!

Lidahnya disabetkan kemana-mana, mencoba melempar tubuhku.

Netraku menangkap sebuah kabel listrik yang terlihat akan putus.

Ini bisa menjadi senjata ku untuk mengalahkannya.

Bersiap aku berlari, berdiri tepat di dekat pembatas sisi rooftop.

"Hei kemarilah!"
tantang ku, membuat Samuel justru tertarik menonton ke arahku.

GRAAAAAAAAA!!!!!!!

Lidahnya terjulur panjang, aku refleks menghindar, membuat lidah itu langsung melilit kabel listrik.

SRAT!

Aliran listrik mulai menyetrum tubuh si zombie.

Aroma hangus seketika menusuk ke hidungku, perlahan tubuh zombie mulai menghitam.

"Apa-apaan!"
kaget Samuel melihat cara cerdik Lily.

"AKH!!"
Becca tiba-tiba saja berteriak, karena lehernya yang tercekik.

Kaki jeliku berlari mendekat, berdiri tepat dibelakang Becca.

"Tenang Becca... jangan banyak bergerak... dia akan melemah jika kau tenang,"
bisikku terus di telinganya.
"tetap tenang, jangan panik".

Becca berusaha mengatur kondisinya untuk tenang, perlahan lilitannya mulai melonggar dan terlepas dengan sendirinya.

"Cepat sembunyi"
aku mendorong tubuh Becca.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang