Separated

124 20 11
                                    

Aku duduk merenung, sesekali melirik ke pintu berharap Shaka akan membawa Harin kembali. Tapi 2 jam menunggu Harin tidak kembali.

"Kenapa Ly?"
tanya Maya.

"Tidak papa"
gelengku cepat.

"Ganti baju lah, dibawah ada ruangan laundry"
sela Becca.

"Baiklah"
aku mengiyakan cepat, setidaknya bisa mencari Harin juga.

Aku berjalan keluar, menoleh kanan kiri yang benar-benar sepi.

Langkahku hendak berjalan menuruni tangga.

"Lily"
panggil Rev.

"Ya?"
sahutku.

Dia mendekat, berdiri tepat di sebelahku.
"Boleh ku temani?".

Aku hanya mengangguk kecil, kami berjalan tanpa sekalipun ada obrolan yang terlontar.

"Hah!"
dari sini, terlihat ayah yang berjalan bolak-balik di lorong itu. Sambil menggigit bibirnya sampai hampir berdarah.

"Ayah ada apa?"
tengahku menyela kecemasannya.

Ayah menggeleng cepat.

"ayah sudah bertemu dengan Shaka?"
tanyaku.

"Ya, dia berada di rooftop,"
beritahunya.
"kalian mau kemana?"
lanjutnya bertanya.

"Kami akan ke ruang laundry"
kataku.

"Baiklah".
Ayah hanya mengangguk singkat kemudian berlalu pergi.

Melihat punggungnya yang mulai menjauh, aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya sekarang.

"Ayo Lily".
Ajak Rev membuyarkan lamunanku.

.
.
.

Kini di ruangan laundry

"Gantilah atasanmu, untuk sementara pakailah jaketku"
perintahnya memberikan jaket abu-abu padaku.

"Ya"
aku mengambilnya.

Rev keluar, menungguku selesai mengganti seragam.

.
.
.

Mesin cuci dinyalakan, aku mulai menatap atasan seragam dan jaketku yang berputar kencang.

Cklek!

Rev kembali membuka pintu.
"Sudah selesai?"

"Ya"
angguk ku singkat.

Dia mendekat dengan sebuah topi di tangan kanannya.

"Mungkin kau akan cocok menggunakan ini"
dia memakaikan topi itu.

"Darimana kau mendapatkannya?"
heran ku.

"Aku menemukannya di ruang laundry ini kemarin",
jelasnya, mulai tersenyum saat melihat topi telah terpasang.

Aku menatap matanya dalam, bisa di lihat dari tatapannya yang menyiratkan sebuah kerinduan besar.

Senyumannya perlahan mereda
"sudah lama kita tidak bertemu".

Rev mendekat, untuk memelukku. Rasa rindunya seolah-olah tersalurkan, dia hanya bisa mempererat pelukan sembari membenamkan wajahnya di bahuku.

Aku diam mematung, ini pertama kalinya lah aku di peluk oleh seseorang laki-laki selain ayah.

Seseorang datang, aku melepas pelukan Rev perlahan. Netraku tertuju ke pintu, melihat Harin yang tengah memperhatikan kami.

"Harin..."
lontar ku lirih, rasa lega melihat sosoknya tiba-tiba datang.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang