Lari

141 20 5
                                    

BRAK!!

Pintu semakin terdorong, Shaka dan Adam mulai panik tidak bisa melakukan apa-apa.

"Sial!"
umpat Harin tiba-tiba, dia mulai memutar otak apa yang harus dilakukan.

"Alex!"
panggil Adam.
"arahkan para petugas medis ini, ke para pasien".
Perintah Adam.

"Baiklah".
Alex mengiyakan segera menuntun mereka untuk menuruni tangga. Untuk naik lift agak tidak memungkinkan mengingat ada banyak zombie dibawah.

"Harin!"
aku meraih pergelangan tangannya.
"siapa dia?"

Harin tidak menjawab, dia menatap mataku lekat.
"Hanya ada satu cara untuk menghentikan kericuhan ini".

Tatapan Harin, seolah merencanakan sesuatu.

.
.
.

Shaka mengisi amunisi, bersiap siaga dengan pintu yang sebentar lagi akan terbuka.

"Lebih baik mundur"
seru Adam sudah tidak memungkinkan untuk melawan.

Mereka berdua melangkah mundur secara perlahan.

BRAK!

BRAK!

GRAAAAAAAA!!!!

Pintu roboh, para zombie mulai keluar. Namun bukannya mengejar Shaka dan Adam, para zombie justru menerobos keluar jendela.

"Apa-apaan!"
Shaka terhenyak heran, dia memperhatikan melalui jendela, ketika zombie berjatuhan layaknya air terjun.

Zombie berlari kencang menuju gerbang rumah sakit, bersamaan dengan itu netranya menangkap Lily dan Harin yang masuk kedalam mobil.

"Sial! mau pergi kemana mereka"
Shaka berlari mencoba mengejar, dia yakin kalau mereka berdua pasti kabur.

.
.
.

Brum!

Aku menginjak pedal gas, melaju cepat menabrak gerbang rumah sakit. Sesuai perkataan Harin, zombie sebenarnya mengincar kami, sebagai target utama.

Netraku sekilas menatap gedung sebelah, dimana masih terlihat gadis itu yang tengah memperhatikan mobil kami begitu lekat.

"Apa yang harus kita lakukan Harin?"
tanyaku.

"Jalan saja, dan jangan pedulikan apapun".
Perintahnya, menatap lurus ke jalanan.

Aku menyetir tidak beraturan, tiba-tiba saja Harin langsung menatapku lekat.

Tanpa mengatakan apapun, Harin dengan sengaja membelokkan setir mobil.

"Harin! apa kau gila!!!".
Bentakku.

Harin tidak perduli, dia terus membelokkan mobil yang mengarah langsung ke sebuah sungai.

Aku mencoba mengambil alih kembali, tapi tidak bisa. Mobil berbelok menyelam langsung ke dalam sungai.

BYUR!

Mobil dengan cepat menyelam masuk, sebelum air merembes masuk, Harin melepas sabuk pengamannya.

"Cepat keluar"
perintahnya.

"Bagaimana bisa pintu tertahan oleh air"

Harin tidak menjawab dia memukul kaca mobil begitu keras dengan pistol.

"Kau pikir bisa memecahkannya dengan pistol"

"Diam lah".
Harin tidak menghiraukan.

BRAK!

BRAK!

PRANG!

Kaca pecah, membuat air langsung masuk begitu cepat. Aku menahan napas dengan Harin yang sudah menarik ku keluar.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang