Rantai

144 21 6
                                    

Aku berlari memasuki sebuah ruangan obat-obatan.

Sebisa mungkin ku tahan pintu, walau Dini telah mendobraknya sekuat yang ia bisa.

"Buka pintunya Lily!!!"
Dini semakin kesetanan.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Pintu terbuka lebar, Dini seketika menyunggingkan senyuman puasnya.

"Mau lari kemana kau?"
Dini mendekat, tangannya mempererat suntikan itu.

Aku melangkah mundur
"Apa yang kau bawa itu, Dini?"

"Hm? ini?"
Dini semakin memperlihatkan suntikannya.
"hanya suntikan biasa"
kekehnya.

"Katakan yang benar, sialan!"

"Ck! kau sama saja"
Dini menggeleng malas.

"Kau memang jalang keparat!!"

"Ssh! KAU BANYAK SEKALI BACOT!! Lily!. Sekarang diamlah!!"
dia berlari bersiap menyeruduk.

Namun sebelum itu aku berhasil mengambil sebuah sapu, menghantamkannya tepat di kepala Dini.

"Haish!"
bibirnya berdesis.

Aku buruan berlari mendekati pintu, namun Dini berhasil menjambak rambutku.

"KAU TIDAK AKAN BISA LARI!!".
Lengannya mengunci leherku, jarum suntikan kini didekatkan.

Apapun yang terjadi, separah apapun kondisiku. Aku tidak boleh menjadi bagian makhluk menjijikan itu.

Grep!

Ku pegang tangan Dini, memutarnya agar jarum tersuntik di tangannya.

"Akh..."
Dini berusaha memutar kembali keadaan, namun tidak bisa.

Sedikit lagi jarum itu akan menembus kulitnya, Dini berhasil menghindar. Tanpa pikir panjang ku jedotkan kepala ke wajahnya.

"HIDUNG KU!!"
darah mengucur keluar dari hidungnya.

Tak!

Suntikan terjatuh,

grep!

aku berhasil merebutnya, tanpa pikir panjang ku arahkan suntikan padanya.

"HAK!!!!"
Dini berlari.

BUGH!

Ku tendang perutnya, sampai tubuhnya membentur lemari cukup keras.

"Hak!".
Aku berlari, menusukkan suntikannya tepat di dada Dini.

"Hah... hah..."
Dini memekik, matanya menatap kebawah melihat cairan sudah ku suntikan di jantungnya.

Manik matanya tiba-tiba memerah, keringat mulai bercucuran membasahi seragamnya.

"Hah!".
Aku syok dengan apa yang terjadi, kaki jeliku berjalan mundur.

"A.... A---"

Bruk!

tubuhnya ambruk, disertai kejang-kejang.

Kratak!

Kratak!

Grrrr!!!!

Dini mengerang, dia kembali bangkit menatapku lapar.

GRAAAAA!!!!!!!

Dia berlari mendekat, aku bergegas menghindar.

Tak!

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang terjatuh dari saku rokku. Aku baru ingat kalau selama ini membawa pistol.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang