"Uh..."
aku membuka mata sadar, tercium bau obat-obatan yang langsung menusuk tajam ke hidungku."Jangan terlalu banyak bergerak, usahakan posisi mu dalam kondisi nyaman, atau cedera punggungmu akan tambah parah".
Jelas seorang suster.Aku mengangguk singkat.
"Suster... dimana teman-temanku?""Mereka sedang keluar"
jawabnya.
"makanlah, dan segera minum obat demamnya"
lanjutnya menganjurkan."Baik".
Jawabku singkat.Suster pergi meninggalkanku bersama dengan beberapa pasien lain, ada sekitar 5 orang didalam ruangan ini.
Aku mencoba duduk, walau punggungku benar-benar terasa begitu menyakitkan. Bersamaan dengan itu mulai timbul rasa kesemutan di kakiku.
"Hah... kenapa aku jadi begitu menyedihkan seperti ini"
gumam ku lirih.Aku beralih mengambil makanan yang berada diatas nakas. Tidak terasa akhirnya aku bisa makan-makanan seperti ini. Ya, walaupun rasanya hambar, perutku menerimanya dengan baik.
"Kau kenapa nak?".
Tanya salah seorang kakek, disebelah ku."Aku tertimpa reruntuhan bangunan"
jawabku jujur."Bagaimana bisa?"
ekspresinya terlihat begitu terkejut."Waktu itu. Aku tengah, menyelamatkan temanku yang pingsan..."
ku ceritakan semuanya pada kakek itu, dia mendengarkannya begitu cermat."Ya tuhan... kalian menjalani perjalanan yang tidak mudah"
dia menggeleng."Bagaimana denganmu kek?"
tanyaku, ternyata begitu asik mengobrol dengannya."Huh..."
dia menghela napas sejenak.
"...dulu kakek sedang melakukan pemeriksaan kaki, wajar sudah tua pasti ada saja yang sakit. Waktu itu kakek diantarkan oleh cucu kakek. Dia anak yang sangat cuek dan cenderung pemarah. Namun suatu saat wabah zombie datang, dia begitu cemas padaku... dia rela menggendongku ke tempat aman..."ceritanya mengingatkanku akan Harin. Sebelum aku pingsan, Harin sempat menyebut namaku dengan nada cemas.
"... kakek yakin di tengah sikap cueknya itu, masih tersirat rasa keperdulian dan kasih sayang keluarga"
lanjutnya."Lalu dimana dia sekarang?"
tanyaku.Kakek diam, melihatnya bungkam seperti itu, aku langsung tau.
"Maaf kek"
aku merasa bersalah telah mengatakannya."Tidak papa nak"
gelengnya tidak mempermasalahkan.
"ingat satu hal ini nak"
dia mulai akan memberikanku nasehat."Secuek apapun teman, maupun keluarga... selama kita masih bisa menerimanya dengan baik. Maka perlahan-lahan sikapnya akan berubah seiring berjalannya waktu. Kau hanya menunggu hari yang tepat saja".
Nasehat kakek, begitu masuk untukku.Seolah mengingatkan padaku, secuek apapun Harin. Dia masih memiliki rasa perduli, walau terkadang menyimpannya rapat-rapat.
Tap
Tap
Suara tapak kaki terdengar, netraku teralih ke pintu melihat Harin yang kini berjalan masuk.
"Kau sudah membaik?"
tanyanya datar."Ya".
Ku selesaikan makan malam ini, dan juga tidak lupa untuk minum obat.Drap!
Drap!
Tiba-tiba Shaka masuk, dia langsung menatap sinis kearah Harin yang tengah duduk santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU WANNA DIE ✔
HorrorPenderitaan besar apa yang sedang kalian alami... kehilangan keluarga? perundungan? kekerasan? pelecehan? atau wabah zombie yang sekarang melanda?. Aku Lily Alisha Fernandez, usiaku baru 18 tahun... seorang remaja yang pindah ke sekolah khusus perem...