Crime Plot

122 18 5
                                    

Malam semakin larut, dengan hujan yang semakin deras kala itu.

Harin membuka matanya, entah kenapa sedari tadi dia tidak bisa tertidur.

"Huh...".
Dia mendengus pelan, beranjak dari kasur berniat akan mengambil minum di dapur.

.
.
.

Namun yang ia dapati justru ruangan yang gelap, tidak biasanya rumah Harin gelap seperti ini.

Klik!

Lampu menyala, menerangi beberapa ruangan, matanya beralih tertuju ke kamar orang tuanya, terlihat pintu yang terbuka.

Harin mengintip, tidak ada satupun orang di dalam.

"Kemana mereka?".
Monolog Harin bingung.

Tek!

Tek!

Denting jam berbunyi, sudah jam 23:40. Harin tidak tau dimana orang tuanya berada.

Kring!

Telepon rumah berbunyi keras.

.
.
.

Harin mengangkatnya, berpikir bahwa itu hanyalah telepon dari orang tuanya.

.
.

📞

"Halo"

"Apa ini dari keluarga Rahandika?"

"Ya"

.
.

Harin mendengarkan setiap perkataan orang didalam telepon.

Deg!

Deg!

Tak!

Telepon jatuh begitu saja.

"Huh! huh!".
Napas Harin berderu cepat, dia menekan kedua lututnya yang sudah gemetaran hebat.

Bruk!

Harin terduduk lemah, dia meremas bajunya kuat. Air mata menetes deras membasahi lantai, tidak perduli dengan telepon yang masih terhubung.

.
.
.

Tes... tretes... tes!!...

Cplas!

Cplas!

Harin menerobos air hujan, dia berlari dari rumah sampai ke rumah sakit yang orang itu kabarkan.

Drap!

Drap!

Harin berlari di lorong rumah sakit, tidak memperdulikan orang-orang yang tengah memperhatikannya.

Tidak berselang jauh, netra Harin melihat beberapa orang polisi sedang berbicara dengan seorang dokter.

Harin yakin merekalah yang tengah menangani kasus ayahnya.

Drap!

Drap!

Harin mendekat, dia hendak menerobos masuk kedalam ruang IGD.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang