Prasangka

185 25 4
                                    

Setelah aksi pembullyan tadi, aku menatap getir kearah mereka bertiga yang mulai melangkah meninggalkanku sendiri.

Aku beranjak berdiri sempoyongan, saat ini aku benar-benar menderita.

Ku lihat jam yang terpajang didinding, sudah 30 menit berlalu dan aku belum bisa mendapatkan air untuk Rosa.

Lily mengecek seluruh kulkas mencari apa masih ada air yang tersisa atau tidak.

Tapi, Lily tidak akan semudah itu menyerah. Dia akan tetap menepati janjinya membawakan air untuk Rosa bertahan hidup.

.
.
.

Langkahku berjalan menyusuri koridor yang benar-benar berbeda dari awal aku masuk.

Aku berjalan sempoyongan lalu berpapasan dengan Clara yang nampak tersengal hebat.

"Lily!"
celetuknya lega.

"Clara apa kau bawa air?"
tanyaku tanpa berbelit-belit lagi.

"Tidak,"
gelengnya cepat.
"tapi kau bisa pergi ke rooftop, disana ada air yang bisa diminum".

"Terima kasih".
Ku tepuk bahunya pelan.

"Apa kau sendirian? biar aku menemanimu"
tawar Clara.

Aku terdiam sejenak mengingat waktu di kelas tadi, dia sama sekali tidak mau pergi tapi sekarang dia menawarkan diri.

Bilang saja kau sedang menjalankan sesuatu kan Clara.

"... Tidak perlu akan aku lakukan sendiri".
Tolakku.

Clara seolah memaksa untuk ikut, tapi aku langsung melengos pergi. Memilih untuk sendiri.

.
.
.

Entah kenapa setelah pembullyan tadi aku belum melihat zombie atau mungkin memang sedang berada di ruang lain. Tapi yang terpenting aku sudah sampai di rooftop sekarang,

kini langkah ku berjalan mencari air yang Clara maksud kan. Tapi aku mendengar suara rintihan Dini.

Ku putuskan untuk mengintip melihat apa yang sedang di lakukan.

***

"Sialan sudah ku bilang apa! dia tidak boleh menemukan petunjuk apapun"
tekan Harin menatap Dini penuh penindasan.

"Sialan sudah ku bilang apa! dia tidak boleh menemukan petunjuk apapun" tekan Harin menatap Dini penuh penindasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf Harin"
Dini tertunduk takut.

"Kau hanya terus-terusan meminta maaf. Kau benar-benar membuatku muak"
Harin mendekat sengaja menginjak kaki Dini.

Dini diam tidak membalas apapun, tetapi karena Lily yang terlalu fokus memperhatikan, dia sampai tidak sadar kalau Monika sudah berdiri di belakang Lily.

Grep!

"AKH!!"
Lily berteriak saat rambutnya kembali di jambak.

Harin dan Dini langsung menoleh ke sumber suara. Dengan Monika yang kini langsung membawa Lily kehadapan Harin.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang