Endure

131 20 9
                                    

15 menit berlalu begitu sia-sia nya. Aku melamun menunggu mereka untuk kembali, dengan Harin yang justru tertidur di sofa rusak tampak begitu lelap.

"Hah..."

aku mengeluh pelan, menggaruk rambut singkat, sangat bosan.

Krasak!

Krasak!

"Suara apa itu?"
monolog ku lirih.

Kepalaku menggeleng cepat, berusaha melupakan dan menghiraukan suara itu. Mungkin itu hanyalah kecoa atau serangga-serangga menjijikan.

Krasak!

Krasak!!!

Namun semakin di acuhkan, suara gemerasak itu justru menjadi. Aku berdiri, memutuskan untuk mengeceknya langsung.

.
.
.

Ku buka rerumputan yang menghalangi.

"Tikus?"
kini yang ku dapati hanyalah seekor tikus.

Tapi ada satu yang menarik di mulut si tikus. Ku hela napas sesaat, mencoba menangkap tikus itu dengan tangan kosong.

Grep!

Ku ambil tikusnya, mulai menggeliat-geliat di tanganku.

"Maaf tikus aku hanya sebentar".
ku perhatikan mulutnya, mendapati sebuah memori hp.

Perlahan ku ambil memori itu, penuh kehati-hatian.

"Kau sedang apa?"
celetuk seseorang, membuatku kaget dan melepaskan si tikus.

Untung saja aku berhasil mengambil memorinya. Ku dongakkan kepala melihat Adam yang tengah menunggu jawabanku.

"Aku hanya sedang melihat-melihat"
elak ku segera menyembunyikan memori di genggaman tangan.

Adam melihat ke tanganku, alisnya mengernyit seolah akan bertanya tentang apa yang ku sembunyikan.

"Adam!!, Lily! cepat kita harus pergi"
sela Shaka memanggil.

Ku tatap Adam, merasa deg-degan jika dia akan mencurigai ku.

"...Ayo".
Ajak Adam tanpa bertanya.

Aku mengangguk, tapi dengan perasaan yang belum tenang. Adam memang tidak bertanya, tapi aku yakin dia akan menyelidiki hal ini.

.
.
.

Aku berjalan didekat Harin, dia tampak masih mengantuk untuk lanjut berjalan.

Alex tiba-tiba menyodorkan dua permen pada ku.

Ku terima permen itu tanpa perasaan curiga.

"Harin, makanlah permen..."
ku berikan satu padanya.

Dia menggaruk kepala pelan, tapi tetap mengambil permennya.

Tidak berselang lama, sebuah mobil pick up berwarna hitam terlihat telah terparkir di ujung jalan.

Sepertinya mereka bertiga yang memarkirkan di sana.

.
.
.

"Cepat naik"
perintah Adam, dia masuk lebih dulu kedalam mobil. Karena dia yang akan menyetir, disusul oleh Alex.

"Kalian naiklah"
Shaka membukakan pintu belakang, mempersilahkan ku dan Harin untuk naik lebih dulu.

Aku naik, lalu membantu Harin juga. Shaka menutup pintu terlebih dahulu kemudian menyusul naik.

Shaka memberikan isyarat pada Adam, seketika mobil langsung melaju pergi.

Aku dan Harin duduk berhadapan, saling melontarkan tatapan.

DO YOU WANNA DIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang