💫 - Sepuluh

412 55 13
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Di mana pesta ulang tahun pangeran Chris dilaksanakan. Di dalam kamar, Michelle tidak henti-hentinya memandangi dirinya sendiri yang memakai gaun hasil karya Sabina dan madam Juana.

Rambutnya pun sudah ditata sedemikian rupa oleh Sabina. Memberikan tekstur ikal yang penuh pada setengah bagian rambut, bagian ikal tersebut di atur ke dalam proporsi yang pas, lalu dijepit dengan menggunakan aksesori kepala dan tak lupa mahkota simple namun terlihat mewah dan elegan tersemat di kepala Michelle.

Michelle benar-benar puas dengan penampilannya kali ini.

Pintu kamar terdengar diketuk, sebelum akhirnya pintu itu terbuka. Terlihat Sabina yang berdiri di ambang pintu, sudah rapi dengan pakaian yang dikenakannya.

"Putri Michelle. Ayo berangkat."

Michelle menoleh ke arah Sabina, lalu mengangguk. Gadis itu beranjak dari duduknya dan keluar dari kamarnya. Berjalan lebih dulu dan diikuti Sabina dibelakangnya.

"Kak.. Sekali lagi terima kasih ya. Aku benar-benar puas dengan penampilanku hari ini."

Sabina tersenyum. "Syukurlah jika kamu menyukainya."

Di depan pintu istana terlihat kedua orang tua dan kakak Michelle sudah menunggu putri mahkota kekaisaran Neverland itu.

"Ayah.. Ibu.. Kak Brian. Lihat penampilanku," ucap Michelle lalu memutar tubuhnya begitu berhasil menginterupsi keluarganya itu. Gaun mewah itu pun berputar seiring dengan tubuh Michelle yang memutar.

"Ya ampun sayang. Kamu cantik sekali," pekik Elizabeth dengan takjub. Ia menangkup wajah putrinya itu dan mencium kedua pipi Michelle.

Michelle cekikikan. "Ini semua berkat jari jemari kak Sabina yang ajaib."

Elizabeth menoleh pada Sabina. "Kamu selalu membuat kami takjub."

Sabina tersenyum sopan. "Putri mahkota Michelle sudah cantik. Jadi aku hanya meriasnya sedikit."

"Rambut ini. Bahkan sebelumnya tidak ada yang memakai rambut model seperti ini."

"Aku sering melakukan eksperimen pada rambut Grace. Jadi saat menata rambut putri mahkota Michelle tidak terlalu sulit," ucap Sabina sedikit berbohong. Nyatanya, yang sering ia tata rambutnya adalah Mary, keponakannya. "Dan untuk model rambut ini aku menamainya Pinned-up Curls."

"Menakjubkan," ucap Elizabeth begitu memuji Sabina. "Lain kali kamu juga bisa menata rambutku, kan?"

"Suatu kehormatan permaisuri," jawab Sabina mengangguk sambil menunduk hormat.

"Sudah. Sebaiknya kita berangkat sebelum terlambat," ucap Henry menginterupsi mereka.

Keluarga kekaisaran pun menaiki kereta kuda yang begitu mewah dengan lambang kekaisaran Neverland di setiap sisi kereta kuda tersebut. Sedangkan Sabina menaiki kereta kuda khusus pelayan yang berada di belakang kereta kuda keluarga kekaisaran.

Para ksatria sendiri tampak mengendarai kuda-kuda berbadan gagah. Mereka mengelilingi kereta kuda milik keluarga kekaisaran dan kereta kuda yang ditumpangi Sabina. Kereta kuda pun mulai bergerak, meninggalkan kawasan istana Atlanterra.

Sepanjang perjalanan, Sabina hanya melamun menikmati pemandangan dari jendela kereta kuda yang ia tumpangi. Pikirannya kini dipenuhi bagaimana kabar keluarganya di dunia nyata? Tubuhnya di sana sudah mati atau koma? Masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan selama ia berada di sini.

Lagi-lagi air mata turun membasahi pipi Sabina, begitu ia merasakan rindu yang mendalam pada keluarganya di dunia nyata dan pada kehidupannya di dunia nyata.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang