💫 - Empat Puluh Tiga

1.1K 53 12
                                    

Michelle terbangun dari tidurnya saat malam hari kembali datang. Ia menatap ke arah Grace yang masih terlelap ke alam mimpi. Perutnya berbunyi dan Michelle baru menyadari jika ia belum makan apa pun selama tiba di sini.

Michelle menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan berjalan keluar dari tempat istirahatnya itu. Samar-samar ia mendengar suara seseorang yang seperti tengah mengucapkan kalimat ya tidak ia mengerti.

Michelle pun mengikuti arah suara itu dan ternyata terlihat Niamh yang sedang berdiri di depan air terjun. Sosok hologram itu membelakanginya, membuat Michelle tidak tahu apa yang sedang dilakukan olehnya.

Michelle menuruni tangga tanpa menimbulkan suara dan berdiri tidak jauh di belakang Niamh, menunggu sosok itu sampai selesai melakukan kegiatannya.

"Glimmer semakin menunjukkan eksistensinya," ucap Niamh menoleh ke arah Michelle. "Daragh memang tak akan ada tandingannya. Dari puncak Glimmer, matanya seolah terus mengawasi. Namun dia tak begitu hebat saat rasa takut menerpanya, rasa takut itu menggerogotinya."

Niamh mengulurkan tangannya ke arah Michelle dan putri kekaisaran Neverland itu mendekat, menyambut uluran tangan Niamh. Dalam hitungan detik, Michelle bisa melihat di dalam kolam air terjun itu bayangan Sabina dan yang lainnya.

"Berita itu telah sampai pada Daragh, bahwa pewaris kekuatan dewi Cliodhna telah muncul. Daragh gentar pada Sabina, dia gentar akan jadi apa saat Sabina meluapkan kemarahan sekaligus kekuatannya."

Michelle benar-benar terkejut bisa memantau perjalanan mereka di dalam kolam air terjun tersebut.

"Di saat itulah dia akan menyerang dunia manusia dengan gigih dan cepat. Dia akan memanfaatkan bonekanya, yaitu para pengkhianat Neverland untuk menghancurkan semuanya. Perang akan datang. Neverland harus mempertahankan dirinya, itu tantangan pertama kita. Karena jika Neverland lemah sedikit saja, dia akan hancur."

Michelle menatap Niamh dengan ekspresi khawatir yang tidak bisa disembunyikan. Tapi, ada satu hal yang mengganjal dipikirannya. Kenapa Niamh hanya menyebut Neverland? Padahal kekaisaran Wonderland Masih aktif hingga sekarang.

"Pikiran para pengkhianat itu dikuasai oleh Daragh. Dia mengendalikan pikiran mereka dengan sangat kuat, sehingga hubungan Daragh dan para pengkhianat itu semakin erat."

Michelle kembali menatap kolam air terjun tersebut, memperhatikan mereka yang tiba di suatu tempat. "Mereka sekarang berada di mana?"

"Leinster."

"Leinster?"

Niamh mengangguk. "Dulu wilayah itu terkenal sebagai tempat lahirnya para penunggang kuda terhebat. Tapi karena perang di masa lalu, membuat wilayah itu kini menjadi kota mati."

"Ah... Aku pernah mendengar tempat itu."

Niamh mengusap punggung Michelle dengan lembut. "Jangan pernah menyesali kelahiranmu, putri Michelle. Semua kejadian ini adalah takdir, berhenti menyalahkan dirimu atas kejadian ini. Sejak dulu Daragh memang tidak pernah puas dengan pencapaian yang didapatnya. Walaupun kamu tidak dijadikan tumbal sekalipun, dia akan tepat melakukan kejahatan."

Michelle menunduk sedih. "Kak Sabina sering mengatakan hal itu. Tapi tetap saja perasaan bersalah itu selalu muncul di waktu-waktu tertentu. Apa lagi aku merasa kesal dengan diriku yang bahkan untuk melindungi diriku sendiri saja tidak bisa. Kenapa aku selemah ini?"

"Kamu tidak lemah. Kekuatanmu yang tidak di asah dengan baik."

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Sidhe akan melatih kekuatanmu."

"Sungguh?" Pekik Michelle dengan mata berbinar-binar.

Niamh tersenyum geli melihat respon Michelle, ia pun menganggukkan kepalanya. Tak lama terdengar teriakan Grace yang memanggil Michelle sambil menangis, sepertinya anak kecil itu terkejut saat bangun di tempat asing dan tidak mendapati Michelle di sisinya.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang